Selasa 14 Aug 2018 16:28 WIB

ITB Serahkan Alat Penjernih Air untuk Korban Gempa Lombok

Dengan alat ini diharapkan bisa membantu masyarakat memperoleh air bersih.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Gita Amanda
Warga korban gempa bumi mengantre untuk mendapatkan air bersih di Desa Sajang, Sembalun, Lombok Timur, NTB, Rabu (1/8).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warga korban gempa bumi mengantre untuk mendapatkan air bersih di Desa Sajang, Sembalun, Lombok Timur, NTB, Rabu (1/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tim Satgas Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk bencana gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyerahkan empat unit alat penjernih air untuk korban gempa Lombok. Alat ini diserahkan kepada Universitas Mataram (Unram).

Penyerahan alat penjernih air tersebut diberikan secara simbolis oleh Ir Mipi Ananta Kusuma dari Kelompok Keahlian Geodesi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB kepada Ketua LPPM-Unram Muhammad Ali di Kampus Unram, Selasa (14/8). Penyerahan juga didampingi oleh Prof. Ir. Suwardji, Wakil Rektor 4 bidang Kerja sama Unram. Dengan alat tersebut diharapkan bisa membantu masyarakat yang terdampak gempa bisa memperoleh air bersih dengan mudah.

Alat penjernih air tersebut merupakan karya Prof. Ir. I Gede Wenten, M.Sc., Ph.D., dari KK Perencanaan dan Pengembangan Proses Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri ITB. Dari keempat alat tersebut, satu di antaranya berkapasitas 1.000 liter air. Tiga lainnya merupakan alat penjernih yang bisa dipakai dengan cara dipompa.

Ketua LPPM Unram Muhammad Ali mengatakan, pemberian alat penjernih air tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat terdampak khususnya di wilayah pegunungan seperti Kabupaten Lombok Utara dan Timur. Sebab saat di wilayah tersebut tengah dilanda krisis air dan banyak warga kesulitan mencari air bersih.

"Kami sangat berterima kasih sekali atas paket dan teknologi untuk air ini dan yang selanjutnya bagaimana paket teknologi untuk rumah tahan gempa darurat sangat kami butuhkan karena membangun perumahan penduduk dalan jangka waktu pendek sangat tidak mungkin," katanya seperti dalam siaran pers, Selasa (14/8).

Dia menerangkan, ada dua hal yang krusial di Lombok pascagempa. Pertama soal air, kedua rumah tinggal yang tahan gempa. Banyak masyarakat sekitar yang tinggal di tenda-tenda darurat seadanya. Sehingga ia berharap bersama ITB, dapat membuat teknologi untuk hunian sementara yang tahan gempa.

"Kami sudah berkoordinasi sejak minggu lalu dari teman-teman ITB yang sudah menawarkan berbagai teknologi untuk rumah darurat, itu yang paling penting mengenai dua hal itu. Kalo kesehatan dan hal lainnya sudah ada yang menangani," ucapnya.

Ali mengatakan, alat-alat penjernih air tersebut nanti akan disebar ke wilayah yang dinilai sangat membutuhkan air bersih. Terutama di Kabupaten Lombok Utara yang berada di pegunungan. Pihak Unram akan mendata lebih rinci daerah yang sangat butuh agar adil dan merata sebaran alatnya.

"Karena ada beberapa daerah yang membutuhkan dan ada daerah yang sangat membutuhkan dalam jumlah yang besar, ada beberapa pegunungan tapi yang jumlah penduduk sedikit dan ada pemukiman umum yang diprioritaskan dahulu," ujarnya.

Sementara itu, Ir. Mipi menyampaikan dalam waktu dekat tim dari ITB akan membawa alat penjernih air berkapasitas 18 ribu liter per jam. Namun alat tersebut harus dibawa melalui jalur darat. ITB sendiri telah membentuk tim satgas yang bertugas menyusun rencana dan aksi bantuan untuk bencana gempa bumi di Lombok. Tim tersebut akan melakukan assessment kelayakan bangunan publik, melaksanakan program penyediaan fasilitas air minum, serta mempelajari potensi gempa ke depan.

Sekretaris LPPM-ITB bidang pengabdian pada masyarakat, Irwan Meilano mengatakan, tim satgas ITB telah berangkat dan dimbagi dalam beberapa gelombang. Tim ITB akan fokus terhadap rehabilitasi pascagempa sesuai bidang risetnya masing-masing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement