Sabtu 11 Aug 2018 18:11 WIB

Peneliti LIPI Berharap Kiai Ma'ruf Bisa Ikuti Ritme Jokowi

Syamsuddin menilai Jokowi butuh cawapres yang visioner, tegas, dan bernyali.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Teguh Firmansyah
Arak-arakan mobil hias dari relawan pendukung Capres Joko Widodo dan Cawapres Ma'ruf Amin berjalan menuju Kantor KPU di Jakarta, Jumat (10/8).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Arak-arakan mobil hias dari relawan pendukung Capres Joko Widodo dan Cawapres Ma'ruf Amin berjalan menuju Kantor KPU di Jakarta, Jumat (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris berharap calon wakil presiden (cawapres) KH Ma’ruf Amin bisa mengikuti cara kerja Joko Widodo (Jokowi) saat menjabat sebagai wakil presiden mendatang. Ia menilai Jokowi membutuhkan cawapres yang visioner.

“Semoga KH Ma'ruf Amin bisa mengikuti irama kerja Jokowi,” kata dia kepada Republika.co.id, Sabtu (11/8).

Selain mengikuti irama kerja Jokowi, menurut dia, Kia Ma’ruf juga harus mengikuti komitmen keberagaman yang selama ini disuarakan Jokowi saat menjabat sebagai Presiden RI periode 2014-2019.

Baca juga, Kiai Ma'ruf Prioritaskan Kebangkitan Ekonomi Umat.

Dalam akun Twitter pribadinya, Syamsuddin sempat mengaku sedih dan kecewa atas pilihan Jokowi jatuh pada KH Ma’ruf mendampinginya dalam Pilpres 2019 mendatang.

Hal itu bukan lantaran ia tak menghormati KH Ma’ruf. Menurut dia, tidak tepat membebani KH Ma’ruf dengan jabatan cawapres di usia senja. “Kita menghormati KH Ma'ruf Amin sebagai ulama berintegritas,” ujar dia.

Menurut Syamsuddin, Jokowi butuh figur cawapres yang visioner, tegas, bernyali, dan berani. Ia merujuk kriteria itu sesuai dengan karakter Mahfud MD.

Sebelumnyam calon wakil presiden pendamping Joko Widodo, KH Ma'ruf Amin, memprioritaskan lima hal untuk periode 2019-2024. Kelima prioritas itu disampaikan Kiai Ma'ruf saat berkunjung ke gedung PBNU, Jakarta. "Mudah-mudahan kami bisa dipilih dan bisa bangun negara lebih kuat," ujarnya.

Menurut Kiai Ma'ruf, aspek pertama adalah menjaga keutuhan bangsa. Sebab, kalau bangsa tidak bersatu, pembangunan tidak mungkin dilakukan. Poin kedua adalah menjaga persaudaraan antara sesama umat Islam dan sesama warga bangsa.

Aspek ketiga, lanjut Kiai Ma'ruf, terkait ekonomi. Ekonomi yang hendak dibangun adalah ekonomi keumatan. Menurut dia, selama ini pembangunan ekonomi di Indonesia harus dimulai dari bawah.

"Sehingga dinamakan arus baru ekonomi umat. Sementara, selama ini yang terjadi adalah arus ekonomi para konglomerat yang tidak pernah menetes kepada umat," kata Kiai Ma'ruf. Kemudian poin keempat dan kelima adalah karakter bangsa dan penegakan hukum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement