REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden (capres) pejawat Joko Widodo (Jokowi) memilih Rais Aam PBNU sekaligus Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya untuk menghadapi Pilpres 2019. Padahal banyak yang mengira Mahfud MD yang akan dipilih oleh Jokowi. Apalagi ia telah mengurus beberapa persyaratan pencalonan.
Kepada Republika.co.id, Mahfud pada Jumat (10/8) pagi ini menyampaikan doanya agar Indonesia mendapatkan pemimpin yang terbaik. "Kalau saya doa saja mudah-mudahan memperoleh yang terbaik untuk Indonesia," kata dia singkat, yang disertai ucapan penutup secara halus untuk menyudahi sambungan telepon.
Mahfud pada pagi ini juga mengeluarkan cuitan di akun resmi Twitternya. Dia mengucapkan permohonan maaf dan terima kasih kepada masyarakat yang mengirim pesan atau pertanyaan serta simpati kepadanya terkait keputusan Jokowi memilih Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya.
"Ada ribuan WA, SMS, twitter, dll. Saya minta maaf karena saya hanya bisa membaca tanpa bisa menjawab satu per satu," tulisnya.
Baca juga, Maruarar, Mahfud MD, dan Elemen Kejutan Jokowi
Mahfud menjelaskan dalam cicitannya, keputusan Jokowi memilih Ma'ruf Amin adalah realitas politik yang tak terhindarkan. Mantan ketua Mahkamah Konstitusi ini juga mengaku kaget tapi tidak kecewa. Ia juga telah bertemu dengan Jokowi secara berdua.
"Saya memaklumi pilihan itu sulit dihindarkan. Saya bilang, Pak Jokowi tak pelru merasa bersalah, itu hak beliau untuk memutuskan yang terbaik," kata dia dalam cuitannya.
Bagi Mahfud, yang terpenting adalah NKRI ini terawat dengan baik. Keberlangsungan NKRI jauh lebih penting dari pada sekadar nama Mahfud MD dan Ma'ruf Amin. Secara agama pun, lanjut dia, ia dan rekan-rekan lainnya sudah berusaha tapi Tuhan jugalah yang menentukan, dan semua atas izin Allah.
"Yang sudah diputuskan oleh Pak Jokowi sudah sesuai dengan hak dan mekanisme konstitusional. Kita harus terima itu sebagai kesadaran konstitusional kita. Alangkah ngeri hidup bernegara kalau kita tidak punya kesadaran berkonstitusi dan berhukum! Itu yang harus ditekankan untuk merawat NKRI," ujarnya.
"Mari kita terus dengan rumah NKRI. NKRI adalah anugera Tuhan Yang Maha Kuasa kepada kita bangsa Indonesia. Ikuti terus poros-poros konstitusional yang berlaku," tutur dia.