REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrat dinilai akan lebih sulit untuk masuk dalam koalisi partai yang mendukung Joko Widodo dan Ma'ruf Amin dalam Pemilihan Presiden 2019. Hal itu karena koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf terdiri atas banyak partai.
"Ada sembilan partai yang harus dilobi. Sementara untuk Gerindra hanya ada tiga dan sebelumnya sudah ada komunikasi," ujar Pengamat Politik Hendri Satrio saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (10/8).
Dia menilai Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno dibandingkan bakal calon wakil presiden usulan Partai Demokrat karena alasan kemampuannya menghadapi masalah ekonomi. Sandi dianggap mampu memberikan suntikan dana bagi koalisi partai oposisi pemerintah tersebut.
"Sandi dilihat dari sisi ekonomi, hal yang masih menjadi tantangan di era Jokowi. Sandi juga diarahkan untuk pemilih milenial," ujar Satrio.
Selain itu, logistik yang dimiliki Sandiaga untuk maju Pilpres menjadi alasan selanjutnya. "Logistik sangat mungkin jadi salah satu alasan kenapa dia dipilih sebagai calon wakil presiden," ucapnya.
Sementara itu, Wasekjen Partai Demokrat Renanda Bachtar mengatakan Partai Demokrat akan melakukan rapat Majelis Tinggi untuk menentukan pilihan dukungan. "Besok pagi (Jumat) akan diadakan Rapat Majelis Tinggi Partai untuk menyikapi Pilpres 2019. Akan dibahas di mana posisi PD dan Pasangan Capres Cawapres mana yang akan didukung oleh PD," ujarnya dalam pesan singkat yang diterima Republika.co.id, Jumat (10/8).
Rapat majelis tinggi harus dilakukan setelah Partai Demokrat menolak Sandiaga Uno mendampingi Prabowo dalam Pilpres 2019. "Sampai pukul 22.30 Kamis (9/8) malam, sikap Demokrat adalah menolak pencawapresan Sandi Uno. Kita belum menerima alasan Prabowo tidak menunjuk AHY karena PAN dan PKS menolak," ujar Wasekjen Demokrat Andi Arief.