REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Keluarga Besar Perhimpunan Pelajar Indonesia (KB PII) Nasrullah Larada mengatakan, terbentuknya poros ketiga dalam Pilpres 2019 kini semakin terbuka. Dan, ini nyata terlihat ketika sudah tiga hari sejak dibukanya pendaftaran capres-cawapres, belum satu pun partai politik yang mendaftarkan calonnya ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Bahkan, kubu Jokowi yang diunggulkan dalam berbagai survei pun hingga detik ini masih gamang menentukan cawapresnya. Beberapa kandidat cawapres Jokowi yang sempat viral di media sosial, sampai kini masih juga berstatus bakal calon wakil presiden (bacawapres),'' kata Nasrullah, di Jakarta, Rabu (8/8).
Dari pengamatan Nasrullah, Golkar tentunya akan meminta posisi cawapres mengingat partai tersebut memiliki kursi terbanyak kedua setelah PDIP. Di pihak lain, PKB sebagai partai koalisi yang merepresentasikan pemilih Islam tradisional, mengajukan Cak Imin (Muhaimin Iskandar) sebagai cawapres.
"Muncul juga sosok Mahfud MD dan KH Ma'ruf Amin sebagai bacawapres yang saat ini keduanya mulai menguat. Jika akhirnya Jokowi memilih Mahfud MD atau KH Ma'ruf Amin, tampaknya peluang PKB untuk keluar dari koalisi semakin kuat mengingat Mahfud dan KH Ma'ruf Amin agak beda pandangan,'' ujarnya.
Jika situasi ini terjadi, lanjutnya, peluang poros ketiga bisa terwujud dengan catatan PAN dan PKS juga mau bergabung. Peluang Gatot hadir sebagai nakhoda poros ketiga dengan bentukan koalisi baru PAN, PKB, dan PKS patut diperhitungkan, bahkan bisa menjadi kuda hitam atas pengulangan capres 2014 Jokowi vs Prabowo.
"Gatot dengan bendera PAN, PKB, PKS berpeluang memenangkan pertarungan di Pilpres 2019 karena didukung oleh partai berbasis Islam, baik kalangan modernis, tradisional, maupun kultural. Pasangan Gatot-Cak Imin menjadi menarik dan punya magnet besar untuk menarik dukungan,'' katanya.