Selasa 07 Aug 2018 19:02 WIB

Musnahkan Ikan Berbahaya, BKIPM Gunakan Minyak Cengkih

Jenis ikan tersebut dapat merusak ekosistem setempat.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Yogyakarta memusnahkan 13 ekor ikan alligator dan 12 ekor ikan sapu-sapu, Selasa (7/8).
Foto: Republika/Silvy Dian Setiawan
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Yogyakarta memusnahkan 13 ekor ikan alligator dan 12 ekor ikan sapu-sapu, Selasa (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN--Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Yogyakarta memusnahkan puluhan ikan berbahaya atau invasif di BKIPM Yogyakarta, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (7/8). Metode pemusnahan yang digunakan yaitu dengan menggunakan minyak cengkih.

Kepala Seksi Pengawasan Pengendalian Data dan Informasi BKIPM Yogyakarta Haryanto mengungkapkan, penggunaan metode tersebut dilakukan dengan tujuan membius ikan-ikan terlebih dahulu. Sebanyak 13 ekor ikan aligator dan 12 ekor ikan sapu-sapu yang dimusnahkan.

"Pemusnahan dilakukan dengan metode kita minyak cengkih, jadi pembiusan dengan sistem bius menggunakan minyak cengkih," kata Haryanto di BKIPM Yogyakarta, Sleman,Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (7/8).

Teknisnya pemusnahan sendiri dilakukan dengan mencampur air kolam ikan dengan minyak cengkih tersebut. Kurang lebih dalam waktu satu jam, ikan akan mati.

Ia menuturkan, pemusnahan dilakukan dengan tujuan menghingari dampak negatif yang ditimbulkan akibat peredaran ikan-ikan berbahaya itu, di mana jenisnya tergolong jenis ikan predator. Sehingga, perlu dilakukannya pemusnahan.

Sebab, jenis ikan tersebut dapat merusak ekosistem setempat dan dapat menyebabkan kepunahan ikan asli Indonesia atau endemik. Bahkan, ikan-ikan tersebut tergolong berbahaya bagi manusia.

Untuk itu, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dampak negatif yang ditimbulkan, agar tidak dipelihara oleh masyarakat.

"Kita ke depan tetap sosialisasi, dan itu akan terus dilakukan terkait dengan ikan berbahaya invasif ini," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement