Selasa 07 Aug 2018 07:40 WIB

Gempa Susulan NTB Tembus 230 Kali

Kekuatan gempa susulan masih lebih kecil dibandingkan gempa utama,

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andi Nur Aminah
TIm SAR mencari korban selamat dari sebuah mesjid di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Senin (6/8). Gempa berkekuatan 7 SR menewaskan 91 korban jiwa dan ratusan luka. Ribuan rumah rusak ringan hingga parah.
Foto: Tatan Syuflana/AP
TIm SAR mencari korban selamat dari sebuah mesjid di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Senin (6/8). Gempa berkekuatan 7 SR menewaskan 91 korban jiwa dan ratusan luka. Ribuan rumah rusak ringan hingga parah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa bumi susulan yang mengguncang daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) pascagempa utama 7 skala richter (SR) pada Ahad (5/8) malam hingga Selasa (7/8) pagi hingga 230 kali. "BMKG mencatat hingga Selasa pagi pukul 07.00 WITA sebanyak 230 kali. Gempa susulan yang dirasakan sebanyak 16 kali," ujar Kepala Bagian Humas BMKG Indonesia Hary Djatmiko, saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (7/8).

Ia mengakui, jumlah gempa susulan ini mengalami peningkatan dibandingkan sehari sebelumnya. Sebelumnya BMKG mencatat gempa bumi susulan pascagempa utama 7 SR Ahad malam hingga Senin malam pukul 20.00 WITA sebanyak 184 kali. Gempa susulan yang dirasakan hanya sebanyak 13 kali.

photo
Pengungsi melintas di samping tenda darurat yang dibangun di pematang sawah di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin (6/8). Warga terpaksa tinggal di tenda darurat di ruang terbuka seperti sawah, lapangan dan halaman rumah mereka karena khawatir akan adanya gempa susulan.

Kendati demikian, ia menegaskan kekuatan gempa susulan masih lebih kecil dibandingkan gempa utama. Disinggung mengenai kemungkinan tsunami yang terjadi seperti gempa utama, Hary menyebut tidak ada. "Semenjak BMKG mencabut peringatan dini tsunami pada Ahad (5/8) malam, sudah tidak ada peringatan dini tsunami," katanya.

Sebelumnya, pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano meminta masyarakat untuk selalu mewaspadai potensi gempa di wilayah utara deretan kepulauan Flores, Lombok, dan Bali yang selama ini luput dari perhatian. Dua kali gempa yang mengguncang wilayah Lombok bagian utara, yakni pada 29 Juli dan 5 Agustus membawa pesan penting akan potensi gempa di wilayah utara.

photo
Warga melintas di antara mobil yang rusak akibat gempa bumi, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Senin (6/8).

Menurut Irwan, saat gempa bermagnitudo 6,4 mengguncang Lombok pada 29 Juli lalu, menguat dugaan kalau saat itu bukan gempa utama. "Saat gempa itu terjadi, kita sempat agak khawatir bahwa gempa itu bukan potensi sesungguhnya dari Lombok-Flores back-arc thrust," kata Irwan.

Gempa Lombok pada Ahad kemarin diistilahkan sebagai back-arc thrust (sesar naik busur belakang) karena bersumber dari wilayah utara Nusa Tenggara. Bukan di selatan pulau yang merupakan zona tumbukan (subduksi) lempeng benua Australia dan Asia.

Gempa di utara Lombok ini berasal dari pergerakan sesar atau patahan naik Flores-Lombok. "Semula kita berharap gempa 6,4 SR pada Juli lalu itu yang terakhir, tapi ternyata belum dan itu terjadi kemarin. Yang kita khawatirkan itu terjadi," kata Irwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement