REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Tanggap Bencana menyisir kampung-kampung di Sembalun, Nusa Tenggara Barat (NTB. Hal itu dilakukan pascagempa berkekuatan 7,0 pada skala richter (SR), Ahad (5/8) malam.
Dalam rilisnya, pihak Baznas mengambarkan suasana di tempat sesaat setelah gempa dilaporkan gelap-gulita. Listrik padam, selain itu banyak pohon tumbang serta rumah roboh di sepanjang jalan.
Mobil penyelamat Baznas sempat membantu membawa satu jenazah korban yang ditemukan meninggal tertimpa reruntuhan rumah. Korban selanjutnya dibawa ke rumah sakit. Di kampung-kampung Desa Sembalun yang terletak di kaki Gunung Rinjani itu juga ada banyak korban cidera.
Senin (6/8) pagi ini, Baznas mengirim pasukan Tanggap Bencana dengan mobil penyelamat kedua menggunakan pesawat Hercules TNI AU bersama Tim gabungan.
Baca: Korban Tewas Gempa NTB Terbanyak di Lombok Utara
Sementara itu, Kepala BNPB Willem Rampangilei bersama jajaran BNPB telah tiba di Lombok Utara menggunakan pesawat khusus dari Bandara Halim Perdanakusuma. Tambahan bantuan logistik dan peralatan segera dikirimkan, sedangkan dua helikopter untuk mendukung penanganan darurat dikirimkan.
BNPB terus mendampingi pemeritah, baik Provinsi dan Kabupaten/Kota terdampak dan bersama BPDB, TNI, Polri, Basarnas, Kementerian PU Pera, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian BUMN, SKPD, NGO, relawan dan lainnya terus melakukan penangan darurat.
TNI juga akan memberangkatkan tambahan pasukan dan bantuan, khususnya bantuan kesehatan yaitu tenaga medis, obat-obatan, logistik, tenda dan alat komunikasi. Fokus utama saat ini adalah pencarian, penyelamatan dan pertolongan kepada masyarakat yang terdampak gempa serta pemenuhan kebutuhan dasar.
Kebutuhan mendesak saat ini adalah tenaga medis, air bersih, permakanan, selimut, tikar, tenda, makanan siap saji, layanan trauma healing dan kebutuhan dasar lainnya. Kegiatan belajar mengajar di sekolah di wilayah Lombok Utara, Lombok Timur, dan Mataram akan diliburkan pada Senin, karena dikhawatirkan bangunan sekolah membahayakan siswa.