REPUBLIKA.CO.ID Ustaz Abdul Somad Batubara kembali menegaskan sikapnya atas rekomendasi Forum Ijtima Ulama dan tokoh Nasional Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) menjadi calon wakil presiden. Ustaz Somad menyatakan lebih memilih fokus pada dunia dakwah dan pendidikan dibanding urus politik.
Ada dua cawapres yang diajukan GNPF, yakni Ustaz Somad dan Habib Salim Segaf Al Jufri, politikus PKS. Sementara, Prabowo Subianto menjadi capres pilihan GNPF.
Ustaz Somad yang lahir di Asahan, Sumatra Utara, mengapresiasi GNPF Ulama yang berhasil mengubah citra umat Islam di Indonesia. Kaum Muslimin yang tadinya tampak seperti massa mengambang, kini lebih bersatu dengan arahan para alim ulama.
“Selamat, ternyata kerumunan sudah berubah menjadi barisan kekuatan,” kata Ustaz Somad, Ahad (29/7) siang.
Lulusan S-1 Universitas al-Azhar (Mesir) ini memuji ketokohan Prabowo Subianto dan Salim Segaf. Menurut dia, pasangan itu menyimbolkan persatuan yang erat dan seimbang dari unsur-unsur identitas kebangsaan Indonesia.
Prabowo dan Habib Salim dinilainya sebagai pasangan tawazun (seimbang) antara ketegasan tentara dan kelembutan ulama, Jawa dan non-Jawa, nasionalis-religius plus barokah darah Nabi SAW dalam diri Habib Salim.
Ustaz Somad mengaku lebih menyukai posisinya sekarang sebagai dai yang tidak berpolitik praktis. Peran mubaligh tidak kurang signifikannya dalam menghadirkan kesejukan di tengah masyarakat. Juga, memberikan nasihat-nasihat kepada para pemimpin.
“Biarlah saya jadi suluh di tengah kelam, setetes embun di tengah Sahara. Tak sungkan berbisik ke Habib Salim. Tak segan bersalam ke Jenderal Prabowo,” ujarnya.
GNPF Ulama tetap mengupayakan menarik Ustaz Somad menerima rekomendasi yang sudah dikeluarkan. Pada Jumat (3/8) pekan lalu, perwakilan GNPF Ulama bertemu Ustaz Somad di Palembang, Sumatra Selatan. Mereka mendiskusikan seputar rekomendasi Ijtima' Ulama dan Tokoh Nasional.
Pada perjumpaan selama sejam itu, Ustaz Somad masih bertahan pada opsi menolak maju pada Pilpres 2019. Ustaz Somad kembali menegaskan dukungan terhadap pasangan alternatif dari ijtima tersebut, yakni Prabowo dan Salim Segaf.
Ustaz Somad memberi sinyal dia bersedia bila suatu waktu diminta mengampanyekan Prabowo-Salim Segaf pada Pilpres 2019. Duet kedua tokoh itu, tegas Ustaz Somad, menyimbolkan persatuan nasional yang seimbang dalam mewakili unsur-unsur kebangsaan.
Ketua Umum GNPF Ulama Yusuf Muhammad Martak mengatakan penolakan sebagai calon wakil presiden menunjukan sikap Ustaz Abdul Somad sebagai ulama yang rendah hati dan tidak berambisi mengejar jabatan dan kekuasaan.
"Jawaban itu harus kita lihat dari sudut pandang ulama rabbani, UAS mendukung Habib Salim begitupun sebaliknya dalam beberapa kesempatan Habib Salim mendorong UAS untuk maju," kata Yusuf melalui siaran pers, Ahad (5/8).
GNPF Ulama akan terus memantau perkembangan yang terjadi hingga batas akhir pendaftaran capres-cawapres 10 Agustus mendatang.
Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Suparno menghormati keputusan Ustaz Somad yang menolak maju sebagai cawapres. Namun bagi PAN, keengganan UAS menjadi pekerjaan rumah untuk mencari tokoh yang lain.
"UAS itu memang kita usulkan dari PAN, dan kabarnya UAS sudah mengatakan tidak akan maju, kami hormati, kami paham beliau akan terus istiqomah di jalur dakwah," kata Eddy, Jumat (3/8).
Terkait pengganti UAS, PAN pasti mendukung pencalonan ketua umum, Zulkifli Hasan. Namun, tidak menutup kemungkinan juga PAN akan mengusulkan nama baru di luar parpol.
Peluang Ustaz Somad
Pengamat politik Hendri Satrio menilai peluang Ustaz Somad mendampingi Prabowo Subianto kecil. Pendiri lembaga survei Kedai KOPI itu tak yakin UAS akan dijadikan pendamping Prabowo.
Ia menjelaskan telah banyak ulama mencalonkan diri sebagai capres atau cawapres tapi gagal. Ia memberi contoh KH Salahuddin Wahid, misalnya, ketika dipasangkan dengan Jenderal (Purn) Wiranto, kalah dalam pilpres 2004. Begitu pula dengan KH Hasyim Muzadi sebagai cawapres yang mendampingi Presiden kelima Megawati Soekarnoputri.
Hendri menambahkan ada KH Zainudin MZ yang dikenal sebagai kiai sejuta umat juga gagal ketika bersama Partai Bintang Reformasi. Menurut Hendri, peran ulama belum tentu pas untuk pagelaran sekelas pilpres.
Nama Ustaz Somad memang sudah banyak dikenal masyarakat. Namun, jelas Hendri, untuk dapat memberikan suara yang masif, masih meragukan.
Baca Juga: Pembahasan Cawapres Jokowi Lebih Sulit Dibandingkan Prabowo