REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TIMUR -- Kepala Perwakilan Ombudsman Nusa Tenggara Barat (NTB) Adhar Hakim mengatakan, sebanyak 10 sekolah dasar (SD) di Kabupaten Lombok Timur mengalami kerusakan akibat gempa bumi berkekuatan 6,4 pada Skala Richter (SR) yang mengguncang Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, NTB, Ahad (29/7).
Adhar mengatakan, data ini ia dapat usai meninjau sekolah yang rusak dan juga berbincang dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Timur. Dalam catatannya, kerusakan yang melanda 10 SD di Lombok Timur meliputi 42 ruang kelas rusak berat, 11 rusak ringan, 66 rombongan belajar, dan 1.042 siswa terdampak.
Akibat gempa tersebut, para siswa diliburkan selama tujuh hari. Dia mengatakan, secara psikologi, anak-anak belum siap untuk kembali bersekolah. Selain itu kerusakan bangunan sekolah juga sangat membahayakan bagi para pelajar.
Lihat video: Pendaki Gunung Rinjani Berzikir Saat Gempa
"Contohnya seperti SD 1 Sembalun Bumbung memang tidak bisa ditempati karena membahayakan, dan orang tua mereka masih trauma. Wajar diberikan waktu rekonstruksi kembali mental mereka," ujarnya di Sembalun, Lombok Timur, NTB, Rabu (1/8).
Namun begitu, lanjutnya, pemerintah perlu menyiapkan sejumlah upaya bagi proses kegiatan belajar mengajar ke depan. Salah satu yang bisa dilakukan dengan menggelar kegiatan belajar mengajar di tenda darurat. "Tenda (darurat) untuk belajar yang dibutuhkan sekitar 20 tenda," ujarnya.
Ia mengapresiasi telah dibangunnya posko pendidikan di Sambelia yang bisa digunakan untuk anak-anak belajar sementara waktu. "Pemerintah juga memastikan penanganan atas kerusakan bangunan sekolah segera dilakukan, itu perlu kita apresasi," kata dia menambahkan.