REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat kembali bekerja pada Jumat (27/7), penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan langsung mendesak Presiden RI Joko Widodo untuk tetap mengungkap kasus penyerangan yang dialaminya. Menurut Novel, ia meminta langsung kepada Presiden karena Polri dianggapnya tidak memiliki niat untuk menyelesaikan kasus penyerangannya.
"Kenapa tidak (menekan) ke Kapolri (Jenderal Tito Karnavian) atau Polri sebagai institusi? Saya tegaskan, polisi tidak mau mengungkapnya," kata Novel di hari pertama ia bekerja kembali di KPK, Jumat (27/7), setelah ia diserang orang tak dikenal 16 bulan lalu.
Novel mengaku ikhlas dan sudah memaafkan pelaku penyerangan yang hingga kini belum terungkap. Ia juga mengaku tidak dendam. Namun, ia menyatakan, tidak akan berhenti menekan agar kasus penyerangan terhadapnya diungkap.
Menurut Novel, ia tidak akan berhenti karena kasus yang menimpanya itu dianggap berkaitan dengan serangan-serangan yang diterima KPK maupun para pegawainya. Dengan begitu, harus diungkap setuntasnya untuk mendukung KPK terus memberantas korupsi. "Yang berjuang korupsi pasti dimusuhi," kata Novel.
Sementara untuk KPK, Novel meminta agar lembaga antirasuah tersebut terus berani melakukan pemberantasan korupsi. Kasus Novel berada dalam penanganan Polda Metro Jaya. Hingga kini, bukti-bukti yang diperoleh polisi masih belum bisa menunjukkan titik terang pelaku penyiraman Novel.
Meskipun sketsa wajah terduga pelaku telah dibuat. Polri bahkan sempat meminta bantuan kepolisian Australia, tetapi hasilnya juga belum menunjukkan adanya satu tersangka pun.
Novel Baswedan mengalami penyerangan berupa penyiraman air keras berjenis asam sulfat atau H2SO4 pada Selasa 11 April 2017. Ia diserang seusai menunaikan shalat Subuh di masjid dekat kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Novel pun menjalalani perawatan intensif di Singapura untuk menyembuhkan luka di matanya imbas penyerangan itu. Hingga akhirnya, Novel kembali pulang.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono menegaskan, hingga kini penyidik masih terus berupaya untuk mencari pelaku teror penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Argo menyebut, penyidik terus mengumpulkan barang bukti dan keterangan saksi-saksi untuk mengungkap kasus tersebut. Namun, sampai saat ini tidak ada bukti kuat maupun keterangan saksi yang mengarah kepada pelaku tersebut. "Tentunya, kita masih tetap mencari, kita tetap mencari informasi, periksa saksi-saksi seperti apa disitu. Nanti kita lihat seperti apa," kata Argo.