Jumat 27 Jul 2018 11:30 WIB

TGB Akui Kini Terima Banyak Bully

TGB sebelumnya telah resmi mengundurkan diri dari Partai Demokrat.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Andri Saubani
Tokoh Nasional yang juga Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyampikan paparannya saat berkunjung ke Kantor Republika, Jakarta, Selasa (17/7).
Foto: Republika/Prayogi
Tokoh Nasional yang juga Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyampikan paparannya saat berkunjung ke Kantor Republika, Jakarta, Selasa (17/7).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) mengatakan, para ulama memiliki peran besar dalam menjaga keutuhan bangsa melalui konsep pemikiran wasathiyyah atau moderasi Islam. Para ulama juga memiliki peran penting menjelang kontestasi politik 2019 dengan terus menyuarakan hal-hal yang positif dan menangkal sentimen keagamaan yang terus merebak.

"(Ulama) harus bersuara, tidak boleh diam, apa pun risikonya, karena kalau diam dan dibiarkan, sentimen keagamaan digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, maka risikonya terlalu besar untuk bangsa kita," ujar TGB di sela-sela Konferensi Ulama Internasional di Islamic Center NTB, Jumat (27/7).

TGB mengaku telah menyampaikan kepada seluruh pihak untuk tidak menggunakan ayat-ayat perang dalam menghadapi kontestasi politik. Baginya itu sikap darinya untuk menyuarakan hal yang dianggap benar, meski ia tahu selalu ada risikonya hingga menjadi objek bully.

"Dan saya mempertanggungjawabkan itu, pasti ada risikonya seperti sekarang banyak bully dari mana-mana," lanjutnya.

Ia menilai, seluruh pihak, bukan hanya ulama, harus menyuarakan hal ini demi menjaga keutuhan bangsa.

"Tugas tokoh agama setahu saya adalah sebarkan nilai-nilai kasih sayang, kedamaian.  Perbedaan itu sunatullah bukan jadi sebab untuk membenci apalagi menafikan orang atau kelompok yang lain," kata dia.

TGB meminta pernyataannya ini tidak dikaitkan dengan isu dirinya akan menjadi cawapres dalam Pilpres 2019. Ia hanya mengungkapkan hal yang menurutnya penting bagi kehidupan sosial berbangsa.

"Enggak usah ditarik ke pilpres, suara-suara akal sehat, suara-suara yang baik itu jangan direduksi hanya urusan (pilpres) 2019, ini urusan bangsa ke depan, tidak relevan bicara 2019 kalau keadaan kita sudah seperti Suriah dan Afganistan, mau bicara apa, mau bicara politik apa kalau keadaaan kita sudah tidak bisa diperbaiki lagi," ungkap TGB.

TGB pekan lalu telah resmi mundur dari Partai Demokrat. Wakil Sekretaris Jendral Partai Demokrat Renanda mendoakan karier politik TGB selanjutnya sukses.

"Ya tentulah itu yang kita doakan kemarin. Semoga, Pak TGB berhasil dalam keinginannya, ya. Kami doakan semoga sukses,” ungkap Renanda ketika dihubungi Republika, Kamis (26/7).

Bila Jokowi nanti benar memilih TGB sebagai cawapres, Renanda menyebut pihaknya tak bisa mendukung lebih jauh selain ikut berbahagia. Dia mengatakan, semenjak TGB mundur dari partainya, itu berarti TGB sudah tidak lagi menjadi representasi dari Partai Demokrat.

Selain itu, menurutnya, Gubernur NTB ini terkesan sudah lama memang ingin lepas dari Demokrat. “Kita tahu bahwa Pak TGB ini sudah beberapa saat sebelumnya, seperti terlihat ingin lepaslah dari Demokrat, dengan membuat tim sendiri, dan kemudian mengundurkan diri dari posisinya sebagai Ketua DPD, dan kita paham,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement