Rabu 25 Jul 2018 17:47 WIB

Tanda-Tanda SBY Tetap Berkeras Dorong AHY Jadi Cawapres

SBY malam ini akan bertemu Ketum PAN Zulkifli Hasan membicarakan koalisi pilpres.

Rep: Fauziah Mursid/Ali Mansur/Adinda Pryanka/Idealisa Masyrafina/ Red: Andri Saubani
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bersama dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyapa wartawan sebelum melakukan pertemuan di Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (24/7).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bersama dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyapa wartawan sebelum melakukan pertemuan di Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (24/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menunjukkan tanda-tanda bahwa Demokrat tetap akan menyorongkan putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sebagai calon wakil presiden (cawapres). Tawarannya bagi Prabowo pun menjadi: pilih AHY menjadi cawapres jika ingin Demokrat bergabung ke koalisi.

AHY tentunya ikut hadir dalam pertemuan Prabowo dan SBY di kediaman SBY di Jalan Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (24/7) malam. Pantauan Republika, AHY tampak berada di barisan jajaran petinggi Partai Demokrat yang menyambut kedatangan Prabowo.

Seusai SBY menjemput Prabowo turun dari mobilnya dan hendak masuk ke rumahnya, SBY dan Prabowo diminta untuk berfoto bersama. Lagi-lagi, AHY turut berada di sela-sela barisan depan SBY- Prabowo bersama Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengenakan pakaian batik cokelat lengan panjang.

Sementara, petinggi Partai Demokrat dan Partai Gerindra berada di baris belakang para tokoh tersebut. Sejumlah petinggi Partai Gerindra yang ikut mendampingi Prabowo dalam pertemuan, antara lain, Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, Ferry Juliantono, Sugiono, Eddy Prabowo, dan Rahmawati Soekarnoputri.

Sementara sebagai tuan rumah, SBY didampingi petinggi DPP Partai Demokrat mulai dari Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan, Wakil Ketua Umum Syarief Hasan, Ketua Kogasma Agus Harimurti Yudhoyono, dan Edhy Baskoro Yudhoyono. Saat ini, dua tokoh nasional itu sedang berbincang di dalam membahas penjajakan koalisi menuju Pilpres 2019.

Saat perbincangan berlangsung di dalam rumah, AHY duduk satu meja dengan SBY dan Prabowo. Foto-foto yang dirilis Partai Demokrat ke pers menunjukkan posisi duduk AHY yang berseberangan dengan Prabowo, sementara SBY berada di sisi yang berbeda.

photo
Foto pertemuan SBY, AHY, dan Prabowo pada Selasa (25/7) malam. (Demokrat)

Diketahui, nama AHY selalu muncul mengiringi rencana pertemuan SBY-Prabowo. Sebab, salah satu syarat yang diminta Partai Demokrat untuk berkoalisi dengan poros Partai Gerindra adalah menginginkan calon wakil presiden dari Demokrat, yakni AHY.

"Saya kira semua partai politik akan mendorong kadernya menempati puncak ya dan sekarang masih berjalan. Biarkanlah ini terus berjalan komunikasi politik ini, berjalan sampai ujungnya 'kan akan terlihat siapa dengan berpasangan siapa," kata Hinca beberapa waktu lalu.

Hal sama diungkapkan Syarief Hasan yang tetap berharap koalisi memilih AHY menjadi cawapres. Ia juga meyakini, jika koalisi memilih AHY sebagai cawapres, tak ada resistansi dari PAN dan PKS.

"Sama sekali nggak. Kan harus realitis. Menurut hasil survei, bukan survei Demokrat ya, dari lembaga suvei AHY sebagai cawapres paling tinggi elektabilitasnya. Jadi realistis," ujar Syarief.

Seusai pertemuan, SBY merasakan chemistry dengan Partai Gerindra. Oleh karena itu, hasil pertemuan ini akan dibawa ke majelis tinggi partai.

SBY pun menyatakan, dalam koalisi nanti, pihaknya tidak meminta cawapres dari partainya sebagai harga mati. Hanya saja, Partai Demokrat berharap sosok cawapres tersebut benar-benar berkualitas untuk rakyat dan bisa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

"Bagi Partai Demokrat, cawapres itu bukan harga mati. Yang penting kalau kita berkoalisi, pasangan capres dan cawapres yang paling tepat, yang paling baik, yang rakyat yakin lima tahun ke depan bisa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik," kata SBY.

Sementara itu, Prabowo Subianto membenarkan pernyataan SBY bahwa Partai Demokrat tidak meminta AHY menjadi cawapres sebagai harga mati. Namun, kata Prabowo, SBY meminta dalam beberapa hari mencari nama yang terbaik untuk dijadikan sebagai cawapres.

"Kalau umpamanya dalam pertemuan nanti nama AHY yang muncul sebagai salah satu yang dibicarakan, saya harus katakan 'Why not?'. Jadi, tidak harga-harga matian," kata Prabowo.

Baik SBY maupun Prabowo sepakat, pertemuan semalam akan ditindaklanjuti dengan pertemuan lanjutan. "Setelah pertemuan pertama malam hari ini, kami akan lanjutkan pembicaraan secara lebih mendalam dan substantif di hari-hari mendatang," ujar SBY.

Prabowo pun turut mengamini pernyataan SBY tersebut, yakni setelah hari ini, kedua partai sepakat melakukan pembicaraan lanjutan melalui tim kecil masing-masing partai. "Hari hari akan datang tim kecil dari Gerindra akan intensif kerja dengan tim kecil dari Demokrat," ujar Prabowo.

Baca juga:

Demokrat bisa cuma jadi penonton

Belum adanya kesepakatan politik seusai pertemuan Prabowo-SBY pada Selasa malam, lantaran koalisi Prabowo masih memiliki rintangan, yakni dari PKS dan PAN. Khusus PKS, seperti diketahui partai dakwah itu menegaskan bahwa cawapres Prabowo harus berasal dari kader mereka atau mereka hengkang dari koalisi.

Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio memprediksi, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan ‘merayu’ Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dalam pertemuan keduanya pada Rabu (25/7) malam. Rayuan tersebut berisi dorongan AHY untuk diterima menjadi cawapres.

Hendri menjelaskan, manuver Demokrat menjelang pendaftaran capres dan cawapres pada 4-10 Agustus semakn luwes. Gerakan SBY dalam melakukan pendekatan ke berbagai partai politik pun terlihat lebih intensif dan lihai.

Dalam pernyataan-pernyataan sebelumnya, SBY kerap menyebutkan bahwa dorongan AHY sebagai cawapres bukanlah harga mati. Tetapi, Hendri menanggapi pernyataan ini sebagai ucapan semata yang tidak nyata diterapkan Demokrat. Hal itu terbukti pada pertemuan SBY dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto pada Selasa (24/7) malam, di mana AHY ikut terlibat dalam diskusi.

Rayuan Demokrat untuk mengajukan AHY akan didengarkan oleh PAN. Bagaimanapun, Demokrat memiliki tabungan elektabiilitas yang tidak kecil, sekitar 10 persen.

Hanya saja, Hendri memprediksi, Zulkifli akan menunjukkan reaksi yang sama seperti Prabowo semalam. "PAN akan berbicara dengan koalisi yang ada dulu, yakni Gerindra dan PKS, sebelum memberi jawaban," ujar pendiri lembaga survei Kedai KOPI ini.

Menurut Hendri, perjalanan Demokrat tidak akan mudah. Apabila SBY terus memaksakan AHY menjadi cawapres ke partai politik lain, tidak menutup kemungkinan Demokrat justru berjalan sendirian menuju Pilpres 2019.

Sebab, Gerindra hampir dipastikan tetap merapat ke PKS dengan mengusung cawapres dari kader PKS. Jika hanya bergabung dengan PAN, koalisinya belum memenuhi ketentuan presidential threshold 20 persen.

Faktor yang memungkinkan Demokrat untuk maju ke pilpres adalah dikabulkannya presidential threshold 0 persen oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Atau, jika Demokrat dapat menggaet PAN, SBY harus mengajak partai lain untuk ikut bergabung.

"Yang paling memungkinkan adalah mengajak PKB," tutur Hendri.

Pengamat Politik Universitas Paramadina Toto Sugiarto pun menilai, Demokrat hanya akan jadi 'penonton' dan tidak termasuk dalam koalisi apabila terus memaksa AHY menjadi cawapres Prabowo. Namun, bagi Demokrat, mesin politik mereka tidak akan bergerak maksimal jika AHY tidak menjadi cawapres.

"Alternatifnya adalah Demokrat membentuk koalisi dengan Gerindra, PKS, PAN. Atau ya hanya jadi penonton," kata Toto.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement