Selasa 24 Jul 2018 17:58 WIB

PDIP Pastikan TGB akan Masuk Timses Jokowi

PDIP membuka kesempatan bagi TGB untuk bergabung menjadi kader PDIP.

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Bayu Hermawan
Pendaftaran Caleg Pemilu. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto seusai menyerahkan berkas pendaftaran caleg di KPU, Jakarta, Selasa (17/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Pendaftaran Caleg Pemilu. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto seusai menyerahkan berkas pendaftaran caleg di KPU, Jakarta, Selasa (17/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, Muhammad Zainul Majdi akan masuk dalam tim sukses Joko Widodo (Jokowi). PDIP juga membuka kesempatan bagi pria yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) itu jika ingin bergabung menjadi kader PDIP.

"Tentu saja (masuk dalam timses), sebab beliau kan sudah memberikan dukungan kepada Pak Jokowi. Mereka yang telah satu napas memberikan dukungan, tentunya akan kita ajak bersama-sama dalam memimpin tim kampanye. Sebab, diperlukan juga tanggung jawab di daerah untuk memenangkan Pak Jokowi," ujar Hasto kepada wartawan di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (24/7).

Jika TGB ingin bergabung menjadi kader PDIP pun, pihaknya membuka kesempatan. Namun, kata Hasto, untuk bergabung ke dalam parpol, harus ada titik temu antara parpol dan pihak yang ingin bergabung. "Bagi PDIP, yang bergabung ke PDIP tentu saja juga harus memahami misi, semangat, dan ideologi PDIP berdasarkan Pancasila. Dalam prosesnya, akan sangat baik jika dilakukan dialog. Mereka yang ingin bergabung tentu harus memiliki kesesuaian sikap dengan PDIP," kata Hasto menegaskan.

Sebelumnya, TGB telah resmi mundur dari Partai Demokrat. TGB mundur sebelum sanksi dari partainya dijatuhkan menyusul dukungannya kepada Jokowi pada Pilpres 2019. Republika sempat berusaha mengonfirmasi langsung kepada TGB soal ini. Ia pun merespons singkat lewat layanan pesan singkat.

"Benar. Saya mundur dari Demokrat. Karena alasan pribadi," ujar TGB, Senin (23/7). TGB menegaskan, tidak ada kericuhan yang terjadi antara dirinya dan Partai Demokrat. Keputusannya semata untuk menggunakan hak politisnya sehingga ia pun keluar dari Partai Demokrat.

Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) ini memahami pasti akan ada pro dan kontra terkait keputusannya. Namun, ia mengatakan, hal tersebut adalah hal yang harus diambil untuk kepentingan bersama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement