Senin 23 Jul 2018 18:20 WIB

Dedi Mulyadi: Hanya Partai Dua Digit yang Bisa Jadi Cawapres

Pimpinan parpol yang bermanuver karena nilainya masih satu digit.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Muhammad Hafil
Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi.
Foto: dok. Istimewa
Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi.

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG--- Ketua DPD Partai Golkar Jabar, Dedi Mulyadi, menilai hanya partai yang memperoleh suara dua digit yang layak mengajukan calon wakil presiden untuk mendampingi Joko Widodo di Pilpres 2018. Karena itu, Dedi mengatakan, Partai Golkar sangat layak mengajukan calon wakil presiden untuk mendampingi Joko Widodo di Pilpres 2018.

Karena, Golkar merupakan partai politik yang memiliki perolehan kursi terbanyak kedua setelah PDI Perjuangan di DPR. Yakni, dengan persentase 16,25 persen.

Namun, menurut Dedi, partainya yang saat ini masih memiliki 91 kursi masih menunggu keputusan dari Joko Widodo mengenai sosok yang akan diusung menjadi calon wakilnya. Partai Golkar selama ini telah bulat memutuskan mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden pada 2019.

"Kalau Partai Golkar sudah jelas (mengusung Joko Widodo). Tapi, belum ada keputusan siapa wakilnya karena Presiden yang menentukan," ujar Dedi Mulyadi kepada wartawan di Bandung, Senin (23/7).

Saat ditanya tentang sejumlah partai yang mengusung ketua umum partainya menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo, menurut Dedi, upaya tersebut hanyalah bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas partainya, tidak murni untuk mencalonkan diri. Karena, dengan semakin ngotot, pemberitaan akan terus.

"Kalau pemberitaannya terus, akan terus diperbincangkan. Ini untuk meningkatkan elektabilitas partai pada 2019 dan 2024," katanya.

Dikatakan Dedi, sebagai ketua DPD Partai Golkar Jabar, pihaknya telah memberikan surat dukungan kepada DPP Partai Golkar agar mengusung Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, sebagai calon wakil presiden Joko Widodo.

"Tapi, Pak Airlangga cenderung lebih diam, menunggu, dan layaknya seorang menteri kepada presiden, dia patuh kepada pemimpin," katanya.

Menurut Dedi, Airlangga tidak bermanuver seperti yang lain. Kalau ketum lain bermanuver, hal itu karena ada kepentingan besar, yaitu menaikkan elektabilitas yang baru satu digit.

"Partai dua digit lebih berhak daripada yang satu digit. Partai yang punya dua digit, cukup untuk mengusung wakil," katanya. 

Sebelumnya, sejumlah nama pendamping Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kembali maju di Pilpres 2019 telah mengerucut. Jokowi pun mengaku, di antara nama tersebut yang masih digodok bersama dengan partai koalisinya, yakni Mahfud MD, Tuan Guru Bajang Zainul Majdi, serta Airlangga Hartarto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement