Senin 16 Jul 2018 19:30 WIB

Posisi PAN Fleksibel, tak Mengenal Istilah Harga Mati

PAN tetap memperjuangkan Zulkifli Hasan maju dalam Pilpres 2019.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Andri Saubani
Drajad Wibowo
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Drajad Wibowo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad Wibowo mengatakan, partainya memiliki posisi yang fleksibel menuju Pilpres 2019. Meski Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan tidak terpilih sebagai capres ataupun cawapres, PAN tetap memberikan dukungan bagi figur yang terpilih dalam diskusi antarpartai politik.

Tetapi, sampai sejauh ini, PAN tetap melihat apakah masih memungkinkan Zulkifli maju ke Pilpres 2019. Memperjuangkan Zulkifli untuk masuk ke kontestasi merupakan prioritas PAN.

"Meski begitu, kami tidak mengenal istilah harga mati. Sejauh itu untuk terbaik bagi perkembangan PAN, kami dukung," ujar Dradjad ketika dihubungi Republika, Senin (16/7).

Dradjad tidak menampik apabila PAN tetap melakukan perhitungan apabila Zulkifli tidak terpilih maju sebagai perwakilan ke Pilpres 2019. Dalam negosiasi bersama koalisinya nanti, akan dilakukan hitung-hitungan konversi, apakah itu berupa kursi di kementerian atau opsi lain. Pembicaraan pembagian tugas dan peranan ini wajar, akan selalu muncul dalam koalisi.

Jelang pendaftaran pilpres pada 4-10 Agustus 2018, PAN belum menentukan posisinya untuk Pilpres 2019, apakah masuk dalam koalisi pemerintahan atau oposisi. Tetapi, menurut Dradjad, sebanyak 70 persen kader PAN memilih untuk tidak bergabung dengan Jokowi.

"Pilihan lain, kalau nggak di oposisi, bisa juga ke poros ketiga. Kami harus hargai suara kader," ucapnya.

Dradjad memastikan, PAN akan terbuka lebar untuk diskusi terkait figur capres-cawapres di luar PAN bersama partai politik lain. Sebab, PAN Sadar bahwa elektabilitas ketua MPR tersebut belum terlalu tinggi. Terutama saat dibanding dengan capres pejawat, Joko Widodo (Jokowi), yang sudah dipastikan maju ke pilpres.

Berbagai poin akan dijadikan pertimbangan oleh PAN, termasuk terkait pemilihan legislatif (pileg) yang diadakan serentak dengan pilpres. Pasangan capres-cawapres yang diusungnya harus membuat kursi legislatif naik di daerah ataupun di pusat. "Kalau salah memilih dan justru merusak suara daerah, tentu kami akan rugi,\\" kata Dradjad.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Ferry Juliantono, mengatakan pihaknya bersama PAN dan PKS telah sepakat mengusung Prabowo Subianto sebagai capres pada Pilpres 2019. Kesepakatan itu diambil setelah pertemuan antara ketiga parpol di kediaman Prabowo, Kertanegara, Jakarta Selatan, Sabtu (14/7) siang.

"Benar tadi ada pertemuan antara Gerindra, PKS dan PAN, di Kertanegara," ujar Ferry ketika dikonfirmasi wartawan, Sabtu sore.

Dia melanjutkan, dalam pertemuan tersebut diputuskan tentang kesepakatan untuk membentuk koalisi antara Gerindra, PKS dan PAN. "Kami juga sepakat untuk mendukung Pak Prabowo menjadi capres di Pemilu 2019," tegasnya.

Sementara itu, untuk cawapres Prabowo, akan dibahas dalam pertemuan selanjutnya. "Sudah sepakat akan dibahas dalam pertemuan selanjutnya," tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement