Ahad 15 Jul 2018 21:33 WIB

Pengamat Nilai Mahfud Kalah Bersaing untuk Jadi Cawapres

Mahfud dianggap tak memiliki massar riil.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Teguh Firmansyah
Mahfud MD
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Mahfud MD

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik yang juga pendiri lembaga survei KedaiKOPI, Hendri Satrio menilai sosol Mahfud MD kurang cocok untuk disandingkan sebagai cawapres bagi Joko Widodo dalam pemilihan presiden 2019. Mahfudz menjadi salah satu tokoh yang digadang-gadang akan menjadi pendamping Jokowi.

Menurut Hendri, sosok Mahfud masih kalah kuat bersaing dengan tokoh lain, seperti Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB), Muhammad Zainul Majdi dan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti.

"Masalahnya Mahfud MD tidak memiliki massa riil yang bisa memberikan dampak elektabilitas. Sementara TGB kan sudah 10 tahun menjadi Gubernur NTB. Maka elektabilitas dia lebih tercatat,” kata Hendri saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (15/7).

Baca juga, Airlangga dan Mahfud Calon Kuat Cawapres Jokowi.

Apalagi, lanjut dia, masih ada nama-nama lain yang juga dinilai mampu menyaingi nama Mahfud MD. Dia menyebut, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan juga Ketua Umum PPP, Romahurmuzy atau Romy yang dinilai memiliki tabungan elektabilitas dari partai politik.

"Kalau Mahfudz MD kalau saya lihat hanya punya fans (penggemar) saja dan dekat dengan Megawati (Ketua Umum PDIP). Beliau tidak memiliki tabungan elektabilitas. Pendukung iya, tapi apakah akan terpilih, ya belum tentu,” jelasnya.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina itu juga menilai, Mahfudz MD merupakan sosok yang berasal dari Jawa. Sehingga menurutnya kurang cocok mendampingi Jokowi yang juga berasal dari Jawa juga.

Dia menyebut, sosok TGB yang berasal dari NTB pun juga menjadi pertimbangan. Sementara, nama Susi Pudjiastuti, walaupun juga berasal dari Jawa yakni Pangandaran, namun pertimbangannya, Susi bisa menggaet suara perempuan.

Hendri menambahkan, dalam pemilihan sosok cawapres yang akan mendampingi Jokowi, Jokowi perlu memperhatikan keberlanjutan kepengurusan birokrasi pada 2024 mendatang. "Dan Pak Jokowi harus memperhatikan kelanjutannya di 2024, siapa yang bisa menyelesaikan dan meneruskan pekerjaannya dia. Jadi lebih baik ya cari yang muda-muda," ungkapnya.

Sebelumnya, mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengaku tidak ingin maju menjadi calon wakil presiden pada kontestasi pemilihan presiden 2019. Karena itu, Mahfudz mengatakan, ia tidak melakukan upaya-upaya untuk mempromosikan dirinya agar ada yang mengusungnya menjadi cawapres 2019.

"Saya tidak ingin (menjadi calon wakil presiden 2019). Karena kalau ingin saya pasti akan melakukan upaya-upaya atau langkah-langkah seperti memasang baligo-baligo dan sebagainya," kata Mahfudz saat ditemui di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Ahad (1/7).

 

Kendati demikian, Mahfudz tidak menutup dirinya untuk bisa maju menjadi cawapres pada kontestasi Pilpres 2019. Artinya, ketika ada calon presiden dan partai politik yang melamarnya, dan itu sesuai dengan visi-misinya, bukan tidak mungkin ia menerima pinangan tersebut.

"Bukan berarti saya tidak mau. Kalau tidak mau berarti sama sekali tidak akan maju. Kalau ternyata nanti sejarah mengatakan saya harus maju, ya, bisa saja. Silakan, tetapi saya tidak menawarkan diri," ujar Mahfud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement