Jumat 06 Jul 2018 23:54 WIB

BPBD Boyolali Petakan 41 Desa Rawan Kekeringan

41 desa di enam kecamatan disebut selalu terdampak saat musim kemarau.

Sawah Kering (ilustrasi)
Foto: bharatanews
Sawah Kering (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali telah memetakan sebanyak 41 desa yang tersebar di enam kecamatan di kabupaten tersebut berpotensi daerah rawan kekeringan. Khususnya saat musim kemarau tiba.

"41 desa itu, di kecamatan Juwangi, Kemusu,Wonosegoro, Karanggede, dan Ngandong di Boyolali utara, sedangkan bagian Selatan di kecamatan Musuk lereng Gunung Merapi," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Boyolali, Purwanto, di Boyolali, Jumat (6/7).

Berdasar hasil rapat koordinasi yang dilakukan di Provinsi, Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, musim kemarau pada 2018 bersifat basah dan berlangsung pada Juli hingga September mendatang.  

Purwanto mengatakan pihaknya akan menyiagakan status Siaga Bencana Kekeringan melalui Surat Keputusan Bupati, sebagai langkah antisipasi datangnya musim kemarau di wilayah ini. "Kami mengantisipasi dampak kekeringan sehingga warga akan kekurangan air bersih, makanya menyiagakan status Siaga Bencana Kekeringan," katanya.

Ia mengatakan ada sebanyak 41 desa di enam kecamatan yang selalu terdampak saat musim kemarau. Hal ini seperti pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Enam kecamatan yang rutin terdampak akan dikoordinasikan segera untuk penanganan, contohnya dengan memasok air bersih.

Pihaknya dalam membantu memasok air bersih ke daerah kekuarang air bersih sebagai koordinator. Anggaran untuk bantuan memasok air bersih bersumber dari bagian Setda Boyolali dan instansi lain seperti PMI, kepolisian, TNI, serta pihak swasta yang peduli.

Selain itu, Pemerintah daerah dalam penanganan  daerah rawan kekeringan seperti Kecamatan Musuk lereng merapi dengan pembuatan sumur dalam atau embung untuk pengadaan air bersih di sekitar lokasi.

Sedangkan, Camat Kemusu, kabupaten Boyolali, Supana mengatakan musim kekeringan biasanya melanda  wilayahnya dengan puncak sekitar Agustus. Tenggat waktu itu, biasanya sumur-sumur milik warga sudah mulai kering, dan mereka harus mengambil air di titik mata air yang jaraknya cukup jauh dari  pemukiman.

"Warga kadang-kadang pengadaan air dengan pembuatan sumur di dasar sungai yang mengering, air bisa keluar tetapi tidak bisa maksimal," katanya.

Namun, warga kadang sudah menggali sumur sangat dalam, tetapi air bersih tidak bisa ditemukan. Menurut dia, daerah yang rawan kekeringan di wilayahnya seperti Desa Kedungrejo karena tidak ada sumber mata air yang memadai untuk kebutuhan warga. Sudah pernah diusulkan pembuatan embung, tetapi terkendala penyediaan lahan.

Selain itu, Desa Kendel dan Kedungmulyo juga termasuk wilayah yang sangat rawan kekeringan. Warga kedua daerah itu, hanya mengandalkan bantuan air bersih baik dari Pemkab Boyolali maupun pihak swasta.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement