Jumat 06 Jul 2018 16:27 WIB

Wawancara dan Penjelasan TGB Soal Dukungannya untuk Jokowi

TGB tak ingin umat persaudaraan antarumat rusak.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Muhammad Hafil
Gubernur NTB TGB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB)
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Gubernur NTB TGB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB)

REPUBLIKA.CO.ID,  MATARAM -- Nama Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) dalam pembicaraan banyak pihak lantaran pernyataannya yang mendukung Joko Widodo (Jokowi). Lini masa hingga politikus angkat suara terkait hal ini. Pro-kontra mewarnai sikap TGB yang digadang-gadang akan maju dalam kontestasi Pilpres 2019.

Seusai melaksanakan shalat Jumat di Masjid Hubbul Wathan, Kompleks Islamic Center NTB, Jumat (6/7), TGB memberikan penjelasan kepada awak media perihal pernyataannya tersebut.

Anda telah menyatakan mendukung Jokowi dua periode, apakah ada kemungkinan Anda menjadi pendamping Jokowi?

Tidak pernah ada bicara tentang jabatan, baik dengan beliau (Jokowi) atau dengan siapa pun tentang masalah keputusan ini, tapi keputusan ini saya ambil setelah empat tahun saya melihat, menilai, dan juga pascapilkada serentak kemarin. Saya lihat terutama di beberapa daerah itu pembelahan sudah luar biasa, jadi pembelahan antarumat ini luar biasa, yang satu mengklaim dialah aspirasi umat, yang lain itu adalah bukan umat, dan bahkan dengan narasi-narasi dan wacana yang merusak persaudaraan kita.

Jadi, pascapilkada saya lihat apa namanya wacana-wacana dan orasi yang dikembangkan itu sudah semakin mengkhawatirkan, mengutip-ngutip ayat-ayat perang, seakan-akan 2019 kita akan perang antara pandawa dan kurawa, ini anak bangsa kita semua. Pilihan saya sebagai seorang anak bangsa ya mau diam atau mau bersuara, itulah saya ambil bersuara dan ini tidak ada kaitannya dengan jabatan apa-apa.

Bagaimana dengan sikap Nahdlatul Wathan (NW/Ormas Islam pimpinan TGB di NTB)?

Saya belum bicara dengan dewan mustasyar (NW), jadi ini adalah sikap dari TGB.

Persaudaraan Alumni 212 mencoret nama Anda sebagai nominator capres, bagaimana tanggapan anda?

Ya itu hak beliau (alumni 212), kita bisa tetap ngaji di sini, tetap bisa silaturahmi dengan Anda semua, tetap bisa makan tiga kali, kalau berpuasa ya saat berbuka dan sahur, tidak usah terlalu dipersulit hal-hal yang bertolak dari prinsip, dan sekali lagi saya pernah tinggal di Mesir tujuh tahun, dan saya punya banyak informasi dan pengetahuan dan bacaan dari apa yang saya lihat tentang suatu bangsa kalau sudah terpolarisasi dan salah satu satu yang sering digunakan untuk memolarisasi adalah sentimen keagamaan.

Di Indonesia tidak boleh sentimen keagamaan memolarisasi kita, kalau ada sentimen keagamaan arahkan dia untuk memperkuat Indonesia. Artinya, kita sebagai umat yuk kita berkontribusi untuk Indonesia, di mana kita bisa berbuat, bekerja yang terbaik.

Demokrat menilai dukungan Anda sebagai pernyataan pribadi? Sudah ada pembicaraan dengan Demokrat soal hal ini?

Memang benar pernyataan pribadi, saya belum pernah bicara apa pun, sekali lagi itu pandangan dan keputusan sikap dari saya.

Jika Anda diminta mendampingi Pak Jokowi dalam 2019?

Kita tidak menjawab jika-jika seperti misalnya jika di bawah ada makanan.

Mengapa pernyataan dukungan kepada Jokowi keluar pascapilkada?

Ini adalah kenapa pascapilkada, sudah saya sampaikan, jadi saya pikir kita semua melihat bahwa sentimen "kami dan mereka" terus-menerus semakin dipertajam. Sekali lagi jangan sampai polarisasi itu terjadi dan menyesal lalu kita beramai-ramai, tapi saat itu kita sudah tidak punya kemampuan sebagai bangsa, sebagai kolektif untuk mengembalikan keadaan.

Yuk sama-sama ini lampu kuning, kembalikan kontestasi politik pada wacana gagasan, adu visi-misi dan hal-hal objektif yang bisa dinalar akal sehat. Ini tidak urusan dengan keberadaan saya di Demokrat dan jabatan ini-itu. Ini bagian dari pertanggungjawaban saya sebagai anak bangsa, kita harus bersuara dan bersikap.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement