Senin 02 Jul 2018 09:40 WIB

Polisi yang Tewas di Papua Dapat Kenaikan Pangkat Luar Biasa

Brigpol Sintong tewas setelah diserang KKSB saat hendak amankan pilkada papua.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Bayu Hermawan
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang personel kepolisian yang sempat hilang dalam penyerangan saat ia mengamankan logistik di Torere, Puncak Jaya, Papua pada Rabu (27/6) lalu telah ditemukan. Personel bernama Brigpol Sinton ditemukan dalam keadaan tewas.

"Satu personel ketenu, yang bersangkutan gugur," kata Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Senin (2/7) pagi.

Tito menjelaskan, Brigpol Sintong tewas setelah perahu yang ditumpanginya ditembaki oleh kelompok kriminal separatis bersenjata, saat hendak mengamankan pilkada Papua, pada 27 Juni lalu. Saat itu terdapat dua perahu. Satu perahu ditembaki, sedangkan perahu lainnya merapat untuk melakukan perlawanan.

Dalam perahu yang ditembaki tersebut kepala distrik Torere yang merupakan warga asli Papua tewas. Seorang pendeta dan dua orang polisi melompat beserta senjata dan hilang. Seorang polisi, Brigpol Sinton kemudian ditemukan di tepi Sungai Memberamo, papua dalam keadaan tak bernyawa.

Baca juga: Jenazah Anggota Polisi Korban Serangan KKSB Belum Dievakuasi

Tito menyampaikan, Polri memberikan kenaikan pangkat luar biasa pada personel yang tewas saat bertugas mengamankan pilkada tersebut. Di samping itu, ia meminta Polda untuk memerhatikan nasib keluarga personel. Ia menyayangkan kejadian tersebut terjadi berdekatan dengan hari jadi Bhayangkara ke-72.

"Di 1 Juli 2018 kita berbahagia 72 tahun Bhayangkara, tapi kita juga ada anggota kita berduka anggota gugur dalam bertugas," kata Tito yang juga mantan Kapolda Papua.

Sebelumnya, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto menyebutkan, penyerang di Torere berkaitan dengan penyerangan sebelumnya. Di Nduga, Papua, selama beberapa hari sebelum pilkada terjadi serentetan serangan. Serangan tersebut pun disebut berkaitan dengan serangan di Torere.

"Sama seperti pelaku di Nduga," ucap Setyo.

Peristiwa yang menambah rangkaian penyerangan di sekitar penyelenggaraan Pilkada Serentak 2018 ini disebut sengaja dilakukan untuk menunjukkan eksistensi kelompok bersenjata tersebut.Setyo mengatakan, kelompok tersebut sengaja melakukan aksi untuk mengacaukan pelaksanaan Pilkada di Papua.

"Artinya mereka memanfaatkan momen ini untuk menggangu dan menunjukan eksistensi mereka. Semua tahu orang sibuk dengan pilkada, maka mereka melakukan kegiatan agar mereka dikenal dan eksis," ujar Setyo.

Saat ini, aparat gabungan TNI-Polri masih melakukan pengejaran terhadap kelompok yang disebut Polri sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) tersebut. Jumlah personel keamanan juga terus ditambah.

Baca juga: Tito Perintahkan Pencarian Anggota Polri Korban KKSB Papua

Sebelum Pilkada kelompok bersenjata melakukan penembakan terhadap pesawat Trigana Air di Bandara Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua pada Senin 25 Juni 2018. Pesawat tersebut mengangkut logistik Pilkada dan 15 personel Brimob Polri.

Dalam peristiwa tersebut, kelompok tersebut menembaki warga di sekitar Bandara Kenyam dan menewaskan tiga warga sipil serta satu anak terluka. Aksi tersebut telah menyebabkan ditundanya pelaksanaan pemungutan suara di Kabupaten Nduga.

Pada Rabu (27/6), penembakan dikabarkan kembali terjadi di sekitar Bandara Nduga, Rabu 27 Juni 2018. KKB melakukan penembakan tak terarah. Tidak ada korban jiwa pada peristiwa tersebut. Masih di hari yang sama, KKB menembaki warga dan aparat di Distrik Torere, Kabupaten Puncak Jaya. Dua anggota Polri dan kepala distrik yang membawa surat suara tewas ditembak. Sejumlah anggota Polri dikabarkan sempat hilang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement