Sabtu 30 Jun 2018 22:31 WIB

Dari Bojong Gede, Istiqomah dengan Transjakarta

Dalam bidang transportasi publik, Jakarta harus bisa jadi contoh bagi semua

Bus Transjakarta. (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Bus Transjakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Mas Alamil Huda

JAKARTA -- Langkahnya sedikit tergesa saat menaiki tangga menuju Halte Cikoko Stasiun Cawang. Bunyi tapakan kakinya terdengar jelas saat sepatu pantofel hitam yang membalut kakinya beradu dengan lantai pijakan jembatan tempatnya menyeberang. Merahnya sinar matahari belum hilang sepenuhnya pagi itu.

Nafasnya tampak sedikit tersengal saat ikut mengantre bersama puluhan orang menunggu Bus Transjakarta tiba. Tak lebih dari dua menit, bus rute Pinang Ranti-Pluit berhenti di halte. Pintunya terbuka. Lelaki bertopi pet itu memasuki bus sembari melihat jam tangan digital hitam yang melingkar di tangan kirinya.

"Untung (bus) Transjakarta cepat. Berangkat datang lagi, belakangnya tak lama ada lagi. Enak lah," kata Hari Sukandar (29 tahun) kepada Republika, Jumat (29/6).

Ari, biasa lelaki itu disapa, setiap hari menggunakan transportasi publik dari rumah menuju kantornya. Tempat tinggalnya yang berada di Bojong Gede, Kabupaten Bogor mengharuskannya untuk berangkat lebih pagi dari kebanyakan orang. Terlebih, di hari tertentu saat dirinya mendapat jadwal piket pagi.

Di hari itu, piket pagi mengharuskannya tiba pukul 06.00 WIB di kantornya, di Plaza Mandiri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Ari berangkat dari rumah di Bojong Gede menggunakan kereta rel listrik (KRL). Namun, hari itu dia sedikit terlambat berangkat dari rumah. Ari baru tiba di Halte Cikoko Stasiun Cawang tepat pukul 05.30 WIB.

"Tapi saya yakin nanti tiba di Halte LIPI sebelum pukul 06.00 WIB. Biasanya 15 menit sudah sampai, paling lambat 20 menit. Jarang sampai lebih dari 20 menit," ujar ayah dua anak ini.

Ari mengaku istiqomah menggunakan jasa Bus Transjakarta sejak tinggal di Bojong Gede. Selain letak kantornya dilalui Koridor 9 Busway, biayanya lebih terjangkau di kantongnya yang bekerja sebagai seorang //office boy//. Sebagai ayah dari dua orang anak, ia harus menekan seminimal mungkin biaya transportasi.

Lelaki kelahiran Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan ini sudah bekerja selama lebih dari empat tahun di tempat kerjanya saat ini. Gajinya yang hanya sedikit di atas upah minimum provinsi (UMP) memaksanya harus berhitung matang. Maka, menggunakan transportasi umum seperti Transjakarta sangat menolongnya, terutama dalam urusan kantong.

Ari mengaku, transportasi publik yang murah, aman dan nyaman sangat membantunya dalam menjangkau tempatnya mencari nafkah. Ia berharap, pemerintah daerah maupun pusat memikirkan ratusan ribu atau bahkan jutaan orang yang seperti dirinya yang berpenghasilan pas-pasan di tengah kerasnya kehidupan Ibu Kota.

"Tapi alhamdulillah, dulu saya di Bukit Duri dengan sekarang di Bojong Gede, biaya transportasi nggak beda jauh. Ya karena harga tiketnya KRL maupun Transjakarta lumayan murah," katanya.

photo
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan didampingi Anak berkebutuhan khusus meninjau bus saat peresmian bus transjakarta karya anak-anak berkebutuhan khusus di Balaikota, Jakarta, Selasa (24/4). (ilustrasi)

Manfaat yang dirasakan orang seperti Ari adalah tujuan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI dalam melayani masyarakat. Dalam acara syukuran tercapainya penumpang Transjakarta 500 ribu dalam sehari di Balai Kota beberapa waktu lalu, Gubernur DKI Anies Baswedan mengatakan, melayani adalah tugas utama pemerintah kepada rakyat.

Menurut Anies, 500 ribu tak bisa dinilai hanya sekedar angka statistik. Tetapi, angka ini berarti Transjakarta telah memberi manfaat terhadap 500 ribu orang yang menggunakan jasa Transjakarta. Pemprov merasa bersyukur atas capaian ini.

"Karena itu kami sebagai pemberi jasa bersyukur bahwa makin banyak orang merasakan jasa kami, jadi (semakin banyak melayani masyarakat adalah) sebuah kebanggaan," kata Anies.

Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan ini mengatakan, peningkatan layanan terus ditingkatkan. Peningkatan tak hanya dalam aspek kuantitas, tapi yang jauh lebih penting adalah kualitas. Jakarta adalah Ibu Kota Indonesia. Artinya, kata Anies, dalam bidang transportasi publik, Jakarta harus bisa jadi contoh bagi semua.

"Warga Indonesia dari daerah ke sini. Pulang, cerita apa yang dialami di Jakarta. Karena benchmark (tolak ukur) itu Jakarta, makin hari makin baik mengelola transportasi," ujar dia.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, pemprov akan terus berupaya menekan biaya transportasi bagi masyarakat. Terlebih, warga yang berpenghasilan UMP harus menjadi perhatian agar pengeluaran untuk transportasi umum tak terlampau kelewat mahal.

Sandi menyakini, integrasi moda transportasi umum menjadi kunci untuk merealisasikan mimpi ini. Ia berharap, beroperasinya Mass Rapis Transit (MRT) yang akan terintegrasi dengan bus Transjakarta dan juga transportasi umum lainnya bisa menekan pengeluaran masyarakat di sektor transportasi. Pemprov, kata dia, saat ini berupaya untuk mewujudkannya.

"Kami harapkan bisa menurunkan 30 persen menjadi 15 persen dari penghasilan warga Jakarta untuk biaya transportasi," kata Sandi.

Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono mengatakan, pencapaian tertinggi Transjakarta sejauh ini adalah menyentuh 522 ribu penumpang dalam satu hari. Saat ini ada kurang lebih 1.300 armada yang beroperasi di 13 koridor dan 118 rute.

 

Transjakarta kini terus berupaya meningkatkan kualitas maupun kuantitas pelayanan dengan menambah koridor baru untuk melayani masyarakat. "Tahun ini kami akan kejar satu juta pelanggan tertinggi, insya Allah kami bisa capai di bulan November (2018)," ujar Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement