Sabtu 30 Jun 2018 09:52 WIB

LSI: Parpol Pengusung Pemenang Pilkada Jangan ‘GeEr’

Kecil hubungan kemenangan pilkada dengan suara parpol di Pileg 2019

Toto Izzul Fatah
Foto: istimewa
Toto Izzul Fatah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Toto Izul Fatah, mengatakan tidak ada korelasi yang berefek electoral langsung antara kemenangan pada pilkada dengan elektabilitas parpol pada Pemilu Legislatif 2019. Saling klaim antar elit partai terkait dengan kemenangan calon kepala daerah yang diusungnya, lebih bersifat prestis gengsi antar parpol saja.

Menurut Toto yang juga direktur eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA ini, teori coattail effect pada Pilkada serentak 2018 itu tak berlaku. Hukum voting behavior yang memilih calon kepala daerah yang menang punya kecenderungan kuat memilih partai yang mengusung calon tidak akan berlaku. Apalagi dalam kontek banyaknya parpol yang mengusung calon yang dimenangkan atau dikalahkan.

“Bagaimana sebuah partai bisa mengklaim, kalau pasangan RINDU (Ridwan Kamil-Uu) yang menang Pilkada Jabar sebagai miliknya Nasdem? Sementara di situ ada  PPP, PKB dan HANURA. Meskipun yang satu pengusung utama dan yang lainnya sebagai pendukung,” kata Toto, Sabtu (30/6).

 Karena itu, lanjut dia, kepada parpol mana pun jangan dulu “GeeR” dan kepedeean atau eforia  berlebihan atas kemenangan calon yang diusungnya. Apa yang terjadi saat ini tak otomatis mampu mendongkrak elektabilitas partainya pada Pileg 2019 nanti. Begitu juga sebaliknya, parpol yang calonnya kalah tak otomatis melucuti elektabilitasnya.

 Toto menduga, jika tidak terjadi tsunami politik terhadap PDIP, meskipun calonnya, HASANAH kalah pada Pilgub Jabar 27 Juni lalu, elektabilitasnya masih tetap teratas dibanding Golkar dan Gerindra. “Sebab, bukan mustahil, sebagian besar pemilih di Jawa Barat tidak mengetahui calon yang dipilihnya itu diusung parpol apa,” kata Toto.

Meskipun, jelasnya, kalau bicara pengaruh, tentu saja ada. Tapi tak signifikan, karena para calon yang diusungnya hampir seluruhnya dilakukan secara berjamaah. Hampir tak ada calon yang  menang pada Pilkada 2018 ini yang diusung tunggal oleh parpol.

“Pasti, minimalnya, diusung dua parpol.  Sehingga, tidak mudah buat publik untuk mengasosiasikan kemenangan calon itu dengan parpol tertentu,” kata dia.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement