Selasa 26 Jun 2018 18:31 WIB

Ketum Golkar Bantah Adu Domba Jokowi dan Megawati

Airlangga membantah telah memecah belah PDIP di Jawa Timur.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto didampingi para pengurus partai memberikan keterangan terkait pelaksanaan pilkada serentak 2018 di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin(25/6).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto didampingi para pengurus partai memberikan keterangan terkait pelaksanaan pilkada serentak 2018 di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin(25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto membantah anggapan bahwa dirinya memecah belah PDI Perjuangan di Jawa Timur. Terutama antara Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri terkait dukungan kepada pasangan Gus Ipul dan Puti Soekarno.

"Tidak mungkin kita (Golkar) memecah belah," ujar Airlangga di Istana Wakil Presiden, Selasa (26/6).

Airlangga enggan menanggapi lebih lanjut pernyataan Wakil Sekjen (Wasekjen) PDI Perjuangan Ahmad Basarah terkait hal tersebut. "Kita lihat hasil besok. Besok ada press release di Pegangsaan Barat. Kita lihat hasil besok," ucapnya.

Baca juga: Basarah Sebut Airlangga Adu Domba Jokowi dan Megawati

Sebelumnya, Wasekjen PDI Perjuangan Ahmad Basarah menilai pernyataan politik Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto terkait Pilkada Jawa Timur mengarah pada upaya adu domba antara Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDI Perjuangan. Pernyataan yang dimaksud adalah Airlangga mengatakan bahwa Jokowi mendukung Khofifah Indar Parawansa pada pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Timur 2018.

Basarah juga mengkritik pernyataan Airlangga lainnya, yakni bahwa pilihan Jokowi dalam memilih cagub tidak harus atas dasar kesamaan partai. Ia mengatakan, pernyataan Airlangga yang mengatakan bahwa sikap Jokowi dalam mendukung cagub tidak harus didasarkan atas persamaan partai adalah pernyataan yang memanas-manasi perasaan Megawati.

"Apalagi Puti Guntur Soekarno adalah keponakan Bu Mega dan cucu pertama Bung Karno," kata Basarah dalam keterangan tertulis, Selasa (26/6).

Basarah juga merespons pernyataan Airlangga yang mengatakan bahwa alasan Jokowi mendukung Khofifah karena dukungan pada pilpres 2014. Ia mengatakan, pernyataan itu seakan-akan menafikan keberadaan PDI Perjuangan sebagai partai utama pengusung Jokowi pada pilpres 2014.

"Harusnya, jika Airlangga Hartarto loyal pada Pak Jokowi, dia harus menjaga suasana kondusif dan menjaga kekompakan antar partai pendukung Jokowi, terutama dengan Bu Mega sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan, tempat Pak Jokowi dibesarkan," kata dia.

Menurut dia, sikap pribadi Jokowi terhadap pilgub Jawa Timur sangat jelas setelah Puti Guntur Soekarno ditetapkan sebagai cawagub Jawa Timur menggantikan Azwar Anas yang mengundurkan diri. "Pada waktu Puti belum diputuskan sebagai cawagub Jawa Timur mungkin saja Pak Jokowi tidak mendukung Gus Ipul dan Azwar Anas,” kata dia.

Basarah mengaku, dia dan Puti juga sudah dua kali dipanggil Jokowi secara khusus pada 13 Februari 2018 dan 14 Mei 2018. Dalam pertemuan tersebut, Basarah mengatakan, Jokowi memberikan ucapan selamat dan memberikan petunjuk untuk memenangkan pilgub Jawa Timur kepada Puti.

"Setelah pertemuan kami berdua dengan Pak Jokowi langsung ditindaklanjuti dukungan dari seluruh relawan-relawan Jokowi yang ada di Jawa Timur," kata dia.

Selain itu, kepada Basarah, Jokowi mengaku kecewa dengan Khofifah karena meninggalkan jabatan menteri sosial. Menurut Basarah, Jokowi pernah menegaskan tidak pernah ada instruksi mendukung Khofifah.

Politikus senior PDI Perjuangan tersebut yakin Jokowi tidak mungkin mendukung Khofifah. Sebab, ia mengatakan, Jokowi menghormari sosok Bung Karno, Megawati, dan ayah Puti, Guntur Soekarnoputri.

"Seharusnya Airlangga meminta penjelasan ulang kepada Jokowi tentang siapa sebenarnya yang beliau dukung," ujar pria yang juga menjabat sebagai wakil ketua MPR tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement