Rabu 20 Jun 2018 16:51 WIB

Cerita Korban Selamat KM Sinar Bangun yang Tenggelam

KM Sinar Bangun terbalik saat perjalanan menuju Simalungun, Sumut pada Senin (18/6).

Seorang wanita mencium baju anaknya, penumpang KM Sinar Bangun, yang tenggelam di Danau Toba, Simalungun, Sumatra Utara, Selasa (19/6).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Seorang wanita mencium baju anaknya, penumpang KM Sinar Bangun, yang tenggelam di Danau Toba, Simalungun, Sumatra Utara, Selasa (19/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SIMALUNGUN -- Penumpang yang selamat pada peristiwa tenggelamnya kapal penumpang kayu KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Sumatra utara (Sumut), masih mengalami trauma. Ditemui di sela-sela perawatan di Simalungun, Rabu, Jamuda (17), warga Nagori (Desa) Sibunga-bunga, Kecamatan Jorlang Hataran, dan Heri Nainggolan (23), warga Panei Tonga, Kecamatan Pane, terlihat tegang.

Jamuda spontan menggeleng-gelengkan kepala dengan mimik ketakutan dan memeluk kerabatnya, mendapat tepukan serta elusan di punggung membuatnya tenang kembali. "Kami berenam pergi berlibur ke Samosir, dan saya sendiri yang selamat," katanya.

Jamuda dan lima rekannya berada di posisi teratas kapal yang terdiri dari tiga tingkat, beserta ratusan penumpang lainnya mengarungi perairan Danau Toba dari Pelabuhan Simanindo, Kabupaten Samosir, menuju Pelabuhan Tiga Ras, Kabupaten Simalungun, dengan kondisi cuaca hujan dan angin kencang. Sewaktu kapal mulai oleng dan sebelum terbalik, Jamuda melompat dari kapal dan berenang menjauhi titik tenggelamnya kapal tersebut.

"Kira-kira 10 menit, aku lihat kapal feri, aku berenang mengejar dan ditolong naik," katanya.

Heri Nainggolan yang mengalami luka dan sempat dirawat di Puskesmas Sipintu Angin berjarak kira-kira lima kilometer dari posko utama tim Gabungan SAR di Pelabuhan Tiga Ras juga melakukan upaya serupa dengan Jamuda. Dia meyakini keselamatan dirinya atas kuasa Tuhan, namun iparnya Roi Spenser Sirait seperjalanannya belum ditemukan.

Heri menyampaikan kekesalan kepada kru kapal yang tidak membatasi jumlah penumpang yang hendak menyeberang dari Pelabuhan Simanindo ke Tiga Ras. Ditaksir penumpang kapal mencapai 200-an orang dan sepeda motor milik para penumpang kira-kira 70-an unit.

Kapal juga tidak memiliki jaket pelampung yang memadai, namun tidak dibagikan kepada penumpang meski diketahui cuaca tidak bersahabat. Para penumpang selamat berharap ke depan menjadi perhatian Pemerintah, operator dan pemilik kapal serta pengelola pelabuhan supaya musibah tidak terulang.

Satu keluarga asal Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, yang terdiri dari suami-istri dan seorang balita, menjadi korban tenggelamnya Kapal Motor (KM) Sinar Bangun di Danau Toba, Provinsi Sumatra Utara (Sumut). KM Sinar Bangun tenggelam pada Senin (18/6).

"Iya, mereka satu keluarga. Anak saya Yuni, bersama suaminya dan cucu saya," kata Turiah, salah satu keluarga korban, ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Rabu (20/6).

Turiah adalah ibu kandung dari Sri Wahyuni, 23 tahun, yang menjadi korban tenggelamnya KM Sinar Bangun. Korban berada di kapal itu bersama suaminya, Yudi Samsudin (30) dan anaknya Adli Pratama yang masih berusia 2,5 tahun. Hingga kini ketiganya belum berhasil ditemukan.

Keluarga tersebut berasal dari Desa Sukadamai, Kandis, di Kabupaten Kampar, Riau. Turiah mengatakan, korban merayakan Idul Fitri 1439 Hijriah ke Sumut di rumah orang tua menantunya. Untuk mengisi libur Lebaran, mereka bertamasya ke Danau Toba.

"Saya terkejut dan tidak tahu apa-apa karena mereka pergi ke Danau Toba juga tidak pamit ke saya. Saya dapat kabar pagi ini," kata Turiah yang mengaku berada di Kandis saat musibah nahas itu terjadi.

Ia mengatakan, pihak keluarga kini sudah pasrah terhadap nasib keluarganya itu. "Semoga mereka segera ketemu, kami sudah pasrah," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement