Kamis 14 Jun 2018 14:24 WIB

Gempa di Mentawai karena Aktivitas Lempeng Indo-Australia

Ada 12 gempa bumi susulan sejak gempa berkekuatan 5,6 SR di Kepulauan Mentawai.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho
Foto: RepublikaTV/Fakhtar Khairon Lubis
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan BMKG melaporkan adanya 12 kali gempa bumi susulan (aftershock) di Kepulauan Mentawai. Berdasarkan informasi BMKG, gempa bumi di Pulau Mentawai akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.

Sutopo menjelaskan gempa bumi di Mentawai termasuk dalam klasifikasi gempabumi dangkal. Gempa ini akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.

“Tepatnya di zona Megathrust yang merupakan zona subduksi lempeng yang berada di Samudera Hindia sebelah barat Sumatra,” kata dia melalui siaran pers, Kamis (14/6).

Episenter gempa bumi terletak pada kedalaman 13 km dengan koordinat 2,0 LS dan 98,76 BT. Tepatnya, berlokasi di laut pada jarak 90 km arah barat Kota Tua Pejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat.

Ia menyebutkan aktivitas Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia mengakibatkan gempa beruntun mengguncang Kabupaten Kepulauan Mentawai pada Rabu (13/6) hingga Kamis (14/6). Gempa pertama terjadi dengan kekuatan 5,8 SR pada Rabu pukul 06.08 WIB.

Selanjutnya, ia mengatakan, BMKG melaporkan gempa bumi susulan (aftershock) sebanyak 12 kali. Kendati demikian, gempa dirasakan lemah oleh masyarakat di Mantawai. 

Bahkan beberapa gempa susulan tidak dirasakan guncangannya. "Tidak ada korban jiwa dan kerusakan akibat gempa di Mentawai. Aktivitas masyarakat berjalan dengan normal," ujarnya.

Ia menambahkan, BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai terus melakukan pemantauan dan sosialisasi kepada masyarakat. 

Baca Juga: Sumenep Diguncang Gempa, Puluhan Rumah Rusak

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement