Menurut Hasan, Partai Golkar juga banyak menerima kader-kader partai lain dan tokoh-tokoh yang mau bergabung dengan Partai Golkar. Karena itu, partainya tidak akan terpengaruh dengan kepindahan Titiek ke Partai Berkarya.
Bagi Golkar, kepindahan Titiek hanya bagian dari dinamika politik yang kerap kali terjadi terhadap Partai Golkar pascareformasi. "Kami harus sikapi dengan terus konsisten dengan program konsolidasi partai dan menjaga soliditas. Dengan cara itu kami akan menutupi kekurangan akibat peristiwa keluarnya Ibu Titiek dari Partai Golkar," kata Hasan. Apalagi, lanjut Hasan, Partai Golkar adalah partai yang terbuka dan mandiri sehingga tidak tergantung dengan sosok seseorang dan keluarga tertentu.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR itu melanjutkan, soal apakah akan berpengaruh terhadap elektabilitas Partai Golkar, pembuktiannya ada pada di hasil Pemilu 2019 mendatang. "Kita tidak tergantung pada seseorang atau keluarga tertentu. Kader Partai Golkar bisa keluar dan kami akan tetap menumbuhkan kader-kader lain yang siap menggantikan Ibu Titiek," katanya.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily.
Keyakinan serupa disampaikan Wasekjen Partai Golkar Muhammad Sarmuji. Ia meyakini tidak akan ada bedol desa dari Golkar ke Berkarya seperti yang diungkapkan Priyo. Menurut Sarmuji, jika pun ada lagi kader Golkar yang pindah, itu karena kader tersebut tak mampu bersaing di Golkar.
"Enggak akan ada bedol desa dari Golkar. Kalaupun ada yang pindah lagi, mereka adalah orang-orang yang kalah bersaing dengan kader utama di Golkar," ujar Sarmuji kepada wartawan, Selasa (12/6).
Menurut dia, Golkar juga tidak akan terpengaruh dengan kepindahan Titiek ke Partai Berkarya. Ia pun menyoal alasan pindahnya kader Golkar ke Partai Berkarya karena partai tersebut digawangi adiknya, Tommy Soeharto.
"Tidak akan berpengaruh besar bagi Golkar. Golkar tidak pernah lagi menjual masa lalu, tetapi menawarkan masa depan," ujar Sarmuji.