REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Golkar Muhammad Sarmuji menanggapi pindahnya Siti Hediati Haryadi alias Titiek Soeharto dari Partai Golkar ke partai besutan Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, Partai Berkarya. Sarmuji menyebut kepindahan Titiek dari Golkar bukanlah suatu peristiwa besar bagi Golkar.
Sarmuji mengatakan, sebagai rekan sejawat tentu akan merasa kehilangan. Akan tetapi, dia mengatakan, kepindahan tersebut tidak perlu diratapi.
“Setiap peristiwa pasti ada hikmah baik di dalamnya. Bagi Golkar, mundurnya Mbak Titiek bukan peristiwa besar, meskipun kita tahu Mbak Titiek adalah putra Pak Harto karena di Golkar tidak mengenal politik dinasti," ujar Sarmuji saat dikonfirmasi wartawan, Senin (11/6).
Sarmuji meyakini, Partai Golkar akan tetap menjadi partai yang kokoh dalam menghadapi segala situasi. Dia menambahkan, hingga saat ini Golkar belum mendapat surat pengunduran diri Wakil Koordinator Bidang Pratama Golkar tersebut.
Sarmuji mengatakan, hingga sekarang ini, dia baru mendengar pernyataan Titiek dari media massa. "Namun, yang pasti kita selama ini memperlakukan Mbak Titiek dengan penuh hormat. Sekarang pun, kami sikapi pengunduran Mbak Titiek dengan penuh hormat," kata anggota Komisi XI DPR tersebut.
Sebelumnya, Siti Hediati Hariyadi atau yang akrab disapa Titiek Soeharto memutuskan keluar dari Partai Golkar. Titiek bergabung dengan Partai Berkarya yang dipimpin oleh adiknya, Tommy Soeharto.
"Saya adalah anak biologis Presiden Soeharto! Saya tidak bisa berdiam diri untuk tidak menyuarakan jeritan rakyat," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (11/6).
Ia mengatakan, keputusan bergabung ke partai yang dipimpin Tommy Soeharto tersebut karena dirinya merasa prihatin dengan segala persoalan bangsa yang terjadi akhir-akhir ini. Berbagai persoalan tersebut adalah fenomena banyaknya tenaga kerja asing yang bekerja di dalam negeri, maraknya peredaran narkoba, dan persoalan impor yang dilakukan pemerintah saat ini.
Titiek mengatakan, kondisi yang terjadi sekarang ini kerap membuatnya ingin menjerit untuk protes dan menyuarakan hati nurani rakyat. Akan tetapi, dia mengaku tidak bisa melakukannya karena berstatus sebagai kader Partai Golkar, yang mendukung pemerintah.
“Karena itu, saya memutuskan untuk keluar dari Partai Golkar dan memilih untuk memperjuangkan kepentingan rakyat melalui Partai Berkarya," kata Titiek.
Titiek pun melontarkan kritikan untuk Partai Golkar yang seharusnya mengambil posisi sebagai pendukung dan sahabat yang baik untuk pemerintah. Dalam posisi tersebut, Golkar seharusnya sanggup memberikan masukan terkait mana hal-hal baik dan buruk kepada pemerintah.
“Tidak hanya sekadar mengekor dan ABS (asal bapak senang)," katanya.