Senin 04 Jun 2018 17:08 WIB

Peneliti Australia Tertarik Konsep Politik Dedi Mulyadi

Politik dengan pendekatan linear, humanis, pluralisme serta kebudayaan.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Rahmat Santosa Basarah
Cawagub Jabar Dedi Mulyadi bersama Peneliti dari Australian National University, Eve Warburton.
Cawagub Jabar Dedi Mulyadi bersama Peneliti dari Australian National University, Eve Warburton.

REPUBLIKA.CO.ID,PURWAKARTA--Di sela-sela rutinitas kampanye jelang Pilkada serentak 27 Juni 2018, Calon Wakil Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi kedatangan tamu dari Australia. Yaitu peneliti dari Australian National University. Peneliti tersebut tertarik dengan konsep politik berbasis kebudayaan yang digelorakan oleh mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

Peneliti dari Australian National University, Eve Warburton mengatakan, pihaknya tertarik dengan helatan pilkada serentak di Indonesia. Salah satunya, Pilgub Jabar. Pasalnya, pilkada di tanah Priangan ini menjadi barometer bagi perpolitikan di Indonesia. "Makanya saya sengaja terbang dari Australia, ke Jabar, tepatnya ke Purwakarta," ujar Eve, saat ditemui Republika di kediaman Dedi Mulyadi, Desa Sawah Kulon, Kecamatan Pasawahan, Senin (4/6).

Menurut Eve, politisi asal Indonesia ini sangat banyak. Akan tetapi, yang pernah menjadi sumber pemberitaan media di Australia sangat sedikit. Dari yang sedikit itu, yang pernah diberitakan media asal benua Kanguru itu salah satunya Dedi Mulyadi. 

Karena itu, dirinya sangat tertarik melakukan penelitian terhadap politisi Partai Golkar ini. Apalagi politik yang ditawarkan Dedi Mulyadi sangat berbeda. Yaitu politik dengan pendekatan linear, humanis, pluralisme serta kebudayaan. Konsep ini sangat menarik. Apalagi, lanjut Eve, setelah bertemu langsung dengan sosok Dedi Mulyadi, dirinya sangat senang. Sebab pasangan Cagub Deddy Mizwar ini sangat //welcome// terhadap siapa saja. Selain itu, untuk bertemu dengan mantan kepala daerah dua periode ini cukup mudah. Tidak ada pengamanan khusus.

Eve menuturkan, hasil pertemuannya dengan Dedi Mulyadi akan jadi rujukan penelitian dirinya. Penelitian tersebut akan dijadikan jurnal dan karya akademis. Bahkan, hasil bincang-bincangnya ini bisa jadi tulisan khusus di sejumlah media yang ada di Singapura. "Hasil perbincangan kami ini jadi jurnal khusus di media Singapura. Sebab saya juga bekerja di negara tersebut," ujar Eve.

Sementara itu Cawagub Dedi Mulyadi mengaku sangat mengapresiasi dengan pihak-pihak yang tertarik dengan konsep politiknya. Apalagi ada peneliti dari Australia yang tertarik dengan pilkada serentak. Termasuk pilkada di Jabar. Hal ini membuktikan jika pemilihan kepala daerah ini memang sangat menarik. Serta menjadi proses untuk pembelajaran bagi masyarakat, termasuk politisi. "Terima kasih, sudah mau berkunjung ke Purwakarta. Kami berharap Pilgub Jabar dan pilkada serentak ini, bisa berjalan dengan aman, damai dan kondusif," ujar Dedi.

Terkait konsep politiknya, Dedi menuturkan, saat ini perlu perubahan metodologi yang digunakan para politisi. Sebab zamannya sudah berubah. Sudah saatnya para pemimpin maupun politisi melayani rakyat dengan hati. Selain itu, politik saat ini harus ada implikasinya langsung ke masyarakat. Karena itu, sudah saatnya pemimpin buka hati, mata dan telinga. Supaya bisa mendengar keluh kesah masyarakat. Serta ada solusinya. ''Jangan sampai politisi ini hadir di tengah-tengah masyarakat saat butuhnya saja. Sedangkan masalah masyarakat tidak ada solusinya. Kita bekerja dengan hati. Supaya ada solusi bagi masyarakat," ujar Dedi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement