Selasa 29 May 2018 13:57 WIB

Jokowi: Mantan Napi Korupsi Punya Hak Politik

Jokowi meminta KPU mengkaji kembali kebijakan larangan napi korupsi jadi caleg.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Karta Raharja Ucu
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan tanggapannya terkait rencana KPU yang melarang mantan napi kasus korupsi untuk ikut maju menjadi caleg. Menurut dia, mantan napi kasus korupsi juga memiliki hak politik setelah menjalani hukuman.

"Kalau saya itu hak. Hak seseorang berpolitik," ujar Jokowi di UHAMKA, Jakarta Timur, Selasa (29/5).

Ia berkata, hak berpolitik mantan narapidana korupsi itu juga diatur dalam konstitusi. Karena itu, menurut dia, KPU dapat mengkaji kembali kebijakan tersebut.

"Ya itu konstitusi kan apa, memberikan hak, tapi silakan KPU ditelaah," kata Jokowi.

Ia juga mencontohkan, KPU dapat memperbolehkan mantan napi korupsi maju menjadi caleg. Namun, KPU dapat memberikan tanda khusus sebagai informasi kepada masyarakat bahwa caleg tersebut merupakan mantan napi kasus korupsi.

"Tetapi KPU juga mungkin membuat aturan boleh ikut tapi diberi tanda tentang koruptor," tambahnya.

Kendati demikian, Presiden menyerahkan kembali aturan larangan ini kepada KPU. "Itu ruangnya KPU. Wilayah KPU," tutup Jokowi.

Lembaga pemantau pemilu, Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), mendukung peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang melarang mantan narapidana kasus korupsi menjadi calon anggota legislatif (caleg). Menurut Koordinator Nasional JPPR Sunanto, kebijakan KPU tersebut merupakan langkah maju untuk mengatasi masalah demokrasi yang selama ini tak mampu diatasi.

"Jadi munculnya metode yang diusulkan KPU itu menjadi salah satu upaya untuk mengerem perilaku-perilaku politik yang selama ini tidak bisa diatasi secara politik," jelas Sunanto, Ahad (27/5).

Ia menuturkan, seharusnya kebijakan KPU ini mendapatkan dukungan baik dari DPR, pemerintah, maupun partai politik. Sebab, jika aturan ini tidak didukung oleh seluruh kalangan, maka menurutnya demokrasi Indonesia tak akan bisa maju.

Baca Juga: Larangan Mantan Napi Korupsi Jadi Caleg Majukan Demokrasi

Sunanto mengatakan, selama ini perilaku politik dari para politisi yang di luar batas belum bisa diatasi oleh partai politik. Karena itu, KPU berperan untuk membatasi perilaku politik para politikus yang bersikap di luar batas tersebut.

"Kami sebagai masyarakat sipil mendorong dan juga ikut sepakat bahwa itu bisa dijadikan salah satu cara untuk meminimalisir perilaku politik yang sudah mulai kebablasan," tambahnya.

Rencana KPU untuk melarang mantan narapidana kasus korupsi maju menjadi caleg justru mendapatkan banyak tentangan. Termasuk dari DPR, Bawaslu, dan juga pemerintah. Kendati demikian, KPU tetap bersikeras untuk memasukkan larangan tersebut dalam rancangan PKPU.

Baca Juga: PDIP Nilai Mantan Napi Korupsi Harusnya Bisa Mencalonkan

Komisioner KPU Ubaid Tanthowi menyampaikan akan segera mengirim rancangan PKPU kepada Kemenkum-HAM untuk disahkan. Menurut dia, Kemenkum-HAM hanya tinggal memberikan nomor pada peraturan tersebut. Komisioner KPU Wahyu Setiawan juga mempersilakan jika ada pihak yang ingin mengajukan gugatan uji materi atas aturan larangan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement