Selasa 29 May 2018 10:11 WIB

Jalan Alternatif dan PJU di Garut Terus Diperbaiki

Jalur selatan ini ada sekitar 80 kiloemter yang memang agak rawan

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Hiru Muhammad
Antrean kendaraan pemudik pada H-2 Lebaran di ruas Jalan Raya Malangbong, Kabupaten Garut, Jumat (23/6).
Foto: Mahmud Muhyidin
Antrean kendaraan pemudik pada H-2 Lebaran di ruas Jalan Raya Malangbong, Kabupaten Garut, Jumat (23/6).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Jelang arus mudik lebaran 2018 Pemerintah Daerah Kabupaten Garut berupaya menyelesaikan perbaikan jalan dan fasilitas penunjang jalan lainnya. Sejumlah masalah yang sedang diselesaikan adalah jalan alternatif serta penerangan jalan umum (PJU).

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Garut, Suherman mengatakan, hingga saat ini pihaknya terus melakukan perbaikan agar jalan yang akan digunakan pemudik semakin nyaman ketika dilalui.

Salah satunya adalah pemasangan marka jalan di sejumlah titik. PJU hingga sekarang masih dalam proses perbaikan karena banyak PJU yang sudah rusak dan tua sehingga tidak berfungsi.

"Jalur selatan ini ada sekitar 80 kiloemter yang memang agak rawan saat kita cek ke lapangan, makanya kita perbaiki secara bertahap," ujar Suherman, Senin (28/5).

PJU yang ada di jalur alternatif seperti di Cijapati dan Kamojang dipercepat pengerjaannya. Selain itu jalur Garut menuju Tasikmalaya via Tenjowaringin Salawu fasilitas PJU masih banyak yang rusak. Jalur selatan penghubung Garut ke Kabupaten Tasikmalaya ini kerap dilalui pemudik bila jalur utama melalui Gentong padat kendaraan.

Suherman menuturkan, selain perbaikan jalan, pihaknya telah meminta dinas terkait agar  segera menyelesaikan pengerjaan jalan alternatif yang hingga saat ini belum rampung. Jalur ini terdapat di Cijapati-Majalaya, Kamojang-Ibun, dan Karangpawitan. Jalur ini sering dipakai pemudik saat jalur utama dari Bandung menuju Garut mengalami penumpukan kendaraan.

"Memang jalan alternatif ini belum 100 persen selesai. Untuk jalur alternatf di Kadungora bisa (digunakan), tapi tidak bisa dijadikan jalan utama," ujarnya.

Sebenarnya ada jalan alternatif yang belum aspal sehingga agak berbahaya jika dipakai kendaraan dalam volume besar. Apalagi bila turun hujan dan malam hari. Untuk itu bagi pemudik yang ingin memakai jalur alternatif tersebut disarankan menggunakannya pada siang hari.

Jalur mudik masyarakat yang ingin berangkat dari Bandung dan sekitarnya menuju Garut umumnya menggunakan jalur Cicalengka. Daerah yang banyak terdapat pabrik tekstil ini kerap mengalami kemacetan cukup panjang karena banyak titik yang dijadikan pasar tumpah. Lalu lalang masyarakat yang menyeberang menjadi salah satu faktor kemacetan di kawasan ini.

Titik kemacetan yang lain menuju Garut lewat Nagrek adalah keberadaan perlintasan kereta api. Adanya lubang di sekitar perlintasan membuat kendaraan harus menurunkan kecepatan sebelum melintasi rel.

Jalur yang licin pun membuat pengemudi kendaraan harus lebih berhati-hati terlebih saat hujan mengguyur. Kendaraan roda dua biasanya sering mengalami slip akibat licinnya lintasan kereta api.

Perlintasan kereta api yang sering menimbulkan penumpukan kendaraan ketika akan menuju Garut adalah di Kadungora. Jalan yang kecil dan hanya cukup dilalui dua kendaran besar juga membuat arus sering tersendat.

Untuk mengantisipasi kemacaten di daerah ini, Dishub dan Satuan Lalu Lintas dari Polres Garut berencana menggunakan sistem buka tutup. "Tapi yang susah ini juga karena arus kereta api bertambah saat mudik," kata Suherman.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement