Sabtu 26 May 2018 10:49 WIB

PP Kesatuan Muslim Indonesia Dukung Gerakan Reformasi

Mahasiswa harus semakin kritis terhadap persoalan bangsa.

Rep: Novita Intan/ Red: Agus Yulianto
Wakil Ketua DPR Fadli Zon
Foto: Humas DPR
Wakil Ketua DPR Fadli Zon

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMM) menggelar Silaturahmi Reformasi. Dalam acara tersebut PPKAMMI menghadirkan tiga narasumber yang selama ini menjadi ikon besar tokohReformasi yakni Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Amien Rais, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah dan Fadli Zon.

Ketua Umum PP KAMMI Irfan Ahmad Fauzi mengatakan, kegiatan ini sebagai tanda kepada pemerintah bahwa bangsa ini sedang menuju krisis. Perayaan 20 tahun atas Reformasi ini, menjadi momentum yang tepat mengingat kondisi bangsa saat itu juga berada dalam krisis," ucapnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co,id, Jakarta, Sabtu (26/5).

Dalam kesempatan itu Amien Rais sangat mendukung gerakan Reformasi 2.0 ini. Dia bercerita, kegiatan ini mengingatkan 20 tahun yang lalu ketika bergabung bersama mahasiswa.

"Jaket kuning, jaket biru, jaket coklat, apapun lah ya,mereka dianggap sebagai kehadiran masyarakat makanya mereka disebut moral forceatau kekuatan moral, dan mahasiswa sekarang harus nya seperti itu," ucapnya.

Fadli Zon juga menyatakan mendukungnya bahwa kehadiran KAMMI sebuah bentuk kesatuan aksi. Namun, dia mengkritik, saat ini, KAMMI sudah tidak melakukan aksi, tapi lebih menjadi pengamat. "Maka, namanya diganti saja menjadi kesatuan pengamat," ujarnya. 

Berbicara ekonomi secara makro, kata Fadli, selama ini Indonesia tidak mengalami pertumbahan. Selama ini, target pertumbuhan 7 persen hanya menjadi mimpi saja bahkan target tahunan pun tidak tercapai, sehingga mahasiswa harus semakin kritis terhadap persoalan bangsa.

Sementar Fahri Hamzah juga mendukung inisiatif Reformasi 2.0 yang digelorakan KAMMI. Hanya saja, dia menilai, masa depan bangsa dan masa depan teman-teman  (KAMMI) semua juga menjadi masalah. 

"Kalau tidak ada pekerjaan tercipta karena kekacauan ini distracted ekonomi, puji-puji dekat millenial, dekat digital, dekat e-commerce, dia gak tahu kalau ini menyembelih peluang kerja dengan digital yang ngawur ini, yang tidak tertata terjadi deindustrialisasi," ungkapnya.

Fahri pun menyoroti, soal impor tenaga kerja asing (TKA) dengan berbagai alasan, sehingga tenaga kerja dalam negeri tidak dipakai. "Dan TKA itu bekerja di sektor besar yang kita tidak ,terutama penyedotan sumber daya alam (SDA). Orang asing datang untuk nyedot SDA, jadi ini ada pesta pora di rumah kita. Rakyat kita tidakd apat apa-apa, itu buruh masih demo sampai hari ini," ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement