Rabu 23 May 2018 04:31 WIB

Jokowi: Cegah Ideologi Teroris Masuk dari TK Hingga Kuliah

Aparat diminta tak hanya menggunakan pendekatan keras, namun juga lunak.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Teguh Firmansyah
Penanggulangan dan Pencegahan Terorisme. Presiden Joko Widodo bersama Wapres Jusuf Kalla memimpin rapat terbatas terkait Terorisme di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/5).
Foto: Republika/ Wihdan
Penanggulangan dan Pencegahan Terorisme. Presiden Joko Widodo bersama Wapres Jusuf Kalla memimpin rapat terbatas terkait Terorisme di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta upaya pencegahan penyebaran paham radikalisme juga dilakukan di dunia pendidikan dari taman kanak-kanak (TK) hingga jenjang perguruan tinggi (PT).

Menurut dia, langkah ini merupakan bagian dari pendekatan soft power, selain memberikan program deradikalisasi kepada mantan narapidana terorisme.

"Tapi juga bersihkan lembaga mulai dari TK, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, ruang-ruang publik, mimbar-mimbar umum dari ajaran ideologi terorisme," kata Jokowi saat membuka ratas pencegahan dan penanggulangan terorisme di Kantor Presiden, Selasa (22/5).

Jokowi menyampaikan, langkah preventif ini sangat diperlukan mengingat serangan bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo beberapa pekan lalu turut melibatkan anak-anak di bawah umur serta perempuan.  "Ini menjadi peringatan pada kita semua menjadi wake up call betapa keluarga jadi target indoktrinasi terorisme," kata dia.

Ia menilai, peristiwa tersebut menandakan ideologi radikalisme telah masuk hingga keluarga dan dunia pendidikan. Karena itu, Presiden menginstruksikan agar aparat keamanan tak hanya menggunakan pendekatan hard power namun juga soft power untuk mencegah dan menanggulangi aksi terorisme.

Lebih lanjut, Presiden menyampaikan aksi terorisme tidak hanya terjadi di Indonesia. Ancaman ini, kata dia, juga dihadapi oleh negara maju lainnya seperti di Amerika Serikat dan juga Eropa.

Kendati demikian, pendekatan hard power yang dilakukan dengan upaya penindakan hukum yang tegas dan tanpa kompromi untuk membongkar jaringan teroris hingga ke akarnya tidaklah cukup.  "Pendekatan hard power jelas sangat diperlukan tapi belum cukup. Saatnya kita seimbangkan dengan soft power," tutup dia.

Sebelumnya dalam acara buka puasar bersama di Istana Negara, Presiden Joko Widodo juga mengingatkan kepada keluarga Indonesia untuk berhati-hati terhadap paham radikalisme yang dikembangkan sel-sel terorisme di Tanah Air.

"Saya hanya ingin mengingatkan, ideologi yang kecam ini, telah masuk dalam sendi-sendi keluarga kita. Ini yang harus hati-hati di sini," kata Presiden, Jumat (18/5).

Kepala Negara mengatakan, sebuah keluarga itu seharusnya membangun optimisme pada anak, tapi akan terjadi kebalikannya jika mengikuti ideologi terorisme.

"Hilang semuanya karena keluarga itu mengikuti ideologi terorisme. Kita berharap jangan sampai keluarga Indonesia hancur karena ideologi ini," harap Jokowi.

Dalam acara buka puasa bersama dengan Pimpinan Lembaga Negara, para Menteri Kabinet Kerja, tokoh Islam, pengurus Kadin, Hipmi ini Presiden mengungkap fenomena baru aksi terorisme yang melibatkan anak-anak di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement