REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Letusan freatik kembali terjadi untuk ketiga kalinya di Gunung Merapi pada Senin (21/5). Setelah terjadi pada 01.25 dini hari dan pukul 09.38, letusan freatik terjadi lagi pada 17.50 petang.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan, letusan freatik ketiga ini terjadi pada 17.50. Durasinya sekitar tiga menit dengan amplitudo maksimum 50 mm.
Saat letusan, suara gemuruhnya terdengar dari Pos Babadan yang berada sekitar empat kilometer dari puncak Gunung Merapi. Hujan abu dilaporkan telah terjadi sejauh tujuh kilometer ke arah tenggara-selatan.
"Seputar Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Selo, terjadi gerimis mulai 18.50, masih berlangsung, seputar PGM Ngepos gerimis tidak tercatat," tulis BPPTKG melalui akun Twitter resminya di @BPPTKG, Senin (21/5) malam.
Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY melaporkan, hujan abu sudah terjadi di sebagian Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Pakem dan Kecamatan Ngmplak. Sekitar 18.30, sebagian warga Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul melakukan evakuasi.
Evakuasi dilakukan secara mandiri ke Balai Desa Glagaharjo. Pukul 19.22, hujan abu yang ada di Kecamatan Cangkringan terpantau reda disusul dengan adanya air hujan. Kurang lebih 200 jiwa warga usia rentan masih bertahan di Balai Desa Glagaharjo.
"Terdiri dari Dusun Kalitengah Lor, Dusun Kalitengah Kidul, Dusun Srunen dan Dusun Singular yang sebagian besar terdiri dari lansia, perempuan dan anak-anak," tulis Pusdalops BPBD DIY kepada Republika.co.id.
Distribusi masker telah dilakukan kepada masyarakat, koordinasi dengan TRC BPBD DIY, BPPTKG, Pos Aju SAR DIY telah pula dilakukan. Untuk itu, masyarakat diimbau tidak panik, tapi tetap mengantisipasi hujan abu.
Menurut Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), pendakian untuk sementara ditutup. Selain mencermati informasi yang berkembang melalui akun-akun resmi, masyarakat diminta tidak mudah terpengaruh apalagi menebarkan berita-berita meresahkan.