Kamis 17 May 2018 13:41 WIB

Polisi: Belum Ada Keluarga yang Mau Ambil Jasad Teroris

Pihak keluarga juga tak mau menghubungi kepolisian.

Rep: Mabruroh/ Red: Teguh Firmansyah
Personel Brimob bersiaga saat dilakukannya penggeledahan oleh Tim Densus 88 di kediaman terduga pelaku bom bunuh diri Polrestabes Surabaya, di Tambak Medokan Ayu, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (15/5).
Foto: Antara/Didik Suhartono
Personel Brimob bersiaga saat dilakukannya penggeledahan oleh Tim Densus 88 di kediaman terduga pelaku bom bunuh diri Polrestabes Surabaya, di Tambak Medokan Ayu, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Jenazah pelaku teror di Jawa Timur masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara. Menurut Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera belum ada pihak keluarga yang menghubungi kepolisian untuk mengambil jasad tersebut.

"Sampai dengan sekarang, hari Kamis ini, jenazah pelaku bom Sidoarjo, Mapolres dan gereja belum ada yang mengambil," ujar Frans saat dikonfrimasi, Kamis (17/5).

Jangankan mengambil jenazah, kata dia, pihak keluarga yang menghubungi kepolisian pun tidak ada. Mereka tak mengaku jenazah pelaku teror tersebut adalah bagian dari keluarga."Sampai saat sekarang belum ada satupun yang mengakui yang bersangkutan (pelaku teror) adalah keluarganya," ujar Frans.

Padahal terang dia, pihak kepolisian sudah menghubungi anggota keluarga pelaku. Termasuk pelaku bom di Mapolresta Surabaya.

Ia tak menampaik anak pelaku teror di Mapolresta yang selamat sempat dikunjungi oleh pamannya. Pamannya pun mengakui jika anak perempuan berusia delapan tahun itu adalah ponakannya.Namun ia tidak mau mengakui jika orang tua ponakannya sebagai anggota keluarganya.

Untuk diketahui, Jawa Timur diguncang serangan teror selama dua hari berturut-turut. Serangan pertama dilakukan oleh satu keluarga di tiga buah gereja di Surabaya pada Ahad (13/5) pagi.Akibatnya, 43 orang mengalami korban luka-luka dan 18 orang meninggal dunia. Enam di antaranya merupakan pelaku bom bunuh diri.

Pada sama ledakan juga terjadi di sebuah kamar di rusun Wonocolo, Sidoarjo pada Ahad (14/5) malam. Tiga orang meninggal dunia di lokasi kejadian. Selanjutnya penyerangan kembali terjadi menyasar Mapolresta Surabaya pada Senin (14/5). Akibatnya empat orang meninggal dunia dan 12 lainnya luka-luka.

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Pol Tito Karnavian mengungkapkan, pelaku penyerangan bom di Mapolrestabes Surabaya pada Senin (14/5) merupakan satu keluarga. Pelaku terdiri dari lima orang yang menjalankan aksinya menggunakan dua sepeda motor.

Tito menjelaskan, dari kelima pelaku tersebut salah satu diantaranya adalah anak kecil. Beruntung, anak kecil tersebut bisa diselamatkan, dan empat pelaku lainnya meninggal dunia. Pelaku, kata Tito, masih merupakan jaringan dari  Jamaah Ansharud Daulah (JAD).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement