Rabu 16 May 2018 07:00 WIB

Polisi: Wanita yang Diamankan, Istri Terduga Teroris

Tim Densus 88 sudah melakukan sterilisasi di sudut-sudut rumah.

Polisi membawa sepeda motor pascateror bom di Polrestabes Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/5).
Foto: Antara/Didik Suhartono
Polisi membawa sepeda motor pascateror bom di Polrestabes Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/5).

REPUBLIKA.CO.ID,  SURABAYA -- Kapolsek Dukuh Pakis Kompol Slamet Sugiarto mengatakan, seorang wanita yang diamankan oleh Tim Densus 88 di Jalan KH Abdul Wahab Siamin Surabaya adalah istri terduga teroris.

"Dia adalah istri salah seorang terduga teroris yang sudah ditangkap terlebih dahulu. Tapi saya tidak tahu siapa namanya," ujarnya ketika ditemui di lokasi, Selasa (16/5) malam.

Wanita tersebut diamankan di sebuah rumah mewah di kawasan yang tidak jauh dari Villa Bukit Mas setelah didatangi oleh Tim Densus 88. Rumah tersebut, kata dia, adalah rumah orang tuanya yang sampai saat ini masih berada di dalam.

Pihaknya juga telah memastikan bahwa Tim Densus 88 sudah melakukan sterilisasi di sudut-sudut rumah dan dipastikan aman atau tidak ada bahan peledak.

"Rumahnya kami jaga dan dipasang garis polisi. Rencananya Rabu akan dilakukan olah tempat kejadian perkara," ucap mantan Kapolsek Kenjeran tersebut.

Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan yang sempat berkunjung tidak sampai lima menit tersebut tidak banyak berkomentar karena masih menunggu perkembangan lebih lanjut.

 

Baca juga, Cina Sampaikan Duka Mendalam ke Korban Bom Surabaya.

Kepolisian Daerah Jawa Timur menyebut korban tewas dalam teror bom di Surabaya dan Sidoarjo pada Minggu (13/5) dan Senin (14/5) berjumlah 28 orang, baik pelaku, petugas kepolisian, maupun masyarakat.Jumlah korban luka-luka dalam aksi terorisme tersebut sebanyak 57 orang, termasuk anggota keluarga yang diduga menjadi pelaku pengeboman.

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan, jenis bom yang digunakan para pelaku teror dalam serangkaian aksi di Surabaya dan Sidoarjo bermacam-macam. Namun demikian, kata Tito, bom yang digunakan di semua titik kejadian bentuknya hampir sama, yaitu menggunakan bom pipa.

"Tapi ada yang ditumpuk, ada yang ditambah jumlahnya, ada lagi yang ditambahkan bensin, seperti dalam kasus di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jalan Arjuno," ujar Tito di Mapolda Jatim, Surabaya, Senin (14/5).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement