REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendokumentasikan hasil beberapa survei yang menyatakan anak-anak Indonesia rentan terpapar radikalisme. Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan, hasil survei mengungkap anak-anak sekolah atau anak-anak Indonesia rentan terpapar paham radikalisme.
Ia menyontohkan, Setara Institut melalukan survei di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat beberapa waktu lalu. Hasilnya cukup mengejutkan karena 2,4 persen siswa di penelitian ini tergolong intoleran aktif dan radikal.
"Sementara 0,3 persen bertoleran menjadi teroris. Ini yang harus diwaspadai," ujarnya saat konferensi pers dalam rangka menyikapi modus baru kejahatan terorisme, di Jakarta, Selasa (15/5).
Kedua, kata dia, berdasarkan survei yang dilakukan Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LAKIP) terhadap 59 sekolah swasta dan 41 sekolah negeri ternyata hasilnya cukup mencengangkan karena lembaga ini menemukan sebanyak 48,9 persen siswa bersedia terlibat aksi kekerasan yang terkait agama dan moral. Retno juga mengutip survei yang dirilis 2011 lalu menunjukan sebanyak 63,8 persen siswa bersedia terlibat dalam penyegelan rumah ibadah penganut agama lain.
"Kemudian pada 2017 ada satu penelitian menarik yang dilakukan oleh mahasiswa S2 Universitas Paramadina yang melakukan eksperimen pada 75 siswa-siswa SMA dengan diberi bacaan radikal dan ternyata hasilnya cukup mengejutkan karena terjadi peningkatan anak terpengaruh melakukan aksi radikalisme," ujarnya.