Rabu 16 May 2018 00:30 WIB

Survei: Anak-Anak Rentan Terlibat Paham Radikalisme

2,4 persen siswa dalam penelitian tergolong intoleran aktif dan radikal

Rep: Laeny Sulistyawati/ Red: Bilal Ramadhan
Novi (kanan) kakak dari Daniel Agung Putra Kusuma korban bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) berada disamping pusara ketika pemakaman di Makam Putat Gede Surabaya, Jawa Timur, Selasa (15/5).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Novi (kanan) kakak dari Daniel Agung Putra Kusuma korban bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) berada disamping pusara ketika pemakaman di Makam Putat Gede Surabaya, Jawa Timur, Selasa (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendokumentasikan hasil beberapa survei yang menyatakan anak-anak Indonesia rentan terpapar radikalisme. Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan, hasil survei mengungkap anak-anak sekolah atau anak-anak Indonesia rentan terpapar paham radikalisme.

Ia menyontohkan, Setara Institut melalukan survei di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat beberapa waktu lalu. Hasilnya cukup mengejutkan karena 2,4 persen siswa di penelitian ini tergolong intoleran aktif dan radikal.

"Sementara 0,3 persen bertoleran menjadi teroris. Ini yang harus diwaspadai," ujarnya saat konferensi pers dalam rangka menyikapi modus baru kejahatan terorisme, di Jakarta, Selasa (15/5).

Kedua, kata dia, berdasarkan survei yang dilakukan Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LAKIP) terhadap 59 sekolah swasta dan 41 sekolah negeri ternyata hasilnya cukup mencengangkan karena lembaga ini menemukan sebanyak 48,9 persen siswa bersedia terlibat aksi kekerasan yang terkait agama dan moral. Retno juga mengutip survei yang dirilis 2011 lalu menunjukan sebanyak 63,8 persen siswa bersedia terlibat dalam penyegelan rumah ibadah penganut agama lain.

"Kemudian pada 2017 ada satu penelitian menarik yang dilakukan oleh mahasiswa S2 Universitas Paramadina yang melakukan eksperimen pada 75 siswa-siswa SMA dengan diberi bacaan radikal dan ternyata hasilnya cukup mengejutkan karena terjadi peningkatan anak terpengaruh melakukan aksi radikalisme," ujarnya.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement