Senin 14 May 2018 17:19 WIB

Polri Minta Masyarakat Hapus Semua Konten Aksi Sadis Teroris

Masyarakat diminta tidak menyebarkan perilaku sadis para teroris.

Rep: Arif Satrio Nugroho, Dadang Kurnia/ Red: Andri Saubani
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto memberikan keterangan pers mengenai penyergapan teroris. di Mabes Polri, Jakarta, Ahad (13/5).
Foto: Republika/Prayogi
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto memberikan keterangan pers mengenai penyergapan teroris. di Mabes Polri, Jakarta, Ahad (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi terorisme yang terjadi di Markas Korps Brimob Kelapa Dua Depok, Surabaya dan Sidoarjo dibarengi dengan tersebarnya video maupun foto di masyarakat yang menunjukkan perilaku sadis para teroris. Kepolisian Negara Republik Indonesia pun meminta agar konten tersebut dihapus.

"Mengimbau agar masyarakat tidak mem-posting foto video yang menggambarkan kekerasan dan kesadisan," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (14/5).

Polri juga meminta masyarakat agar tidak meneruskan konten tersebut ke pengguna sosial lainnya. Bila masyarakat sudah terlanjur memiliki konten tersebut, Setyo meminta agat konten tersebut dihapus dari gawai masing-masing.

"Kalau sekarang sudah ada di gadget masing-masing mohon agar dihapus. Sekali lagi mohon agar dihapus," ujar Setyo.

Sebelumnya rentetan kejadian teroirisme terjadi di Indonesia beserta video dan foto kejadian tersebut. Rentetan teror belakangan ini adalah penyanderaan Mako Brimob yang berlangsung Selasa (8/5) malam hingga Kamis (10/5) pagi.

Lima polisi tewas, satu polisi disandera dan satu teroris tewas dalam peristiwa itu. Kejadian ini juga diikuti upaya penyerangan ke Mako Brimob, yang kembali menewaskan seorang personel kepolisian pada Jumat (11/5).

Ahad (13/5) dini hari, empat teroris JAD yang menuju Mako Brimob ditembak mati di Cianjur. Pengembangan selanjutnya ditangkap dua orang di Cikarang Bekasi dan Sukabumi.

Kemudian pada Ahad pagi, sejumlah gereja di Surabaya diteror bom. Sebanyak 13 orang tewas dan puluhan orang luka luka. Seolah tak mau berhenti, malam harinya, di Sidoarjo, bom juga meledak di sebuah rumah susun yang menewaskan tiga orang. Lalu pada Senin (14/5) pagi Mapolrestabes Surabaya terjadi ledakan bom.

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengungkapkan, jenis bom yang digunakan para pelaku teror dalam serangkaian aksi di Surabaya dan Sidoarjo bermacam-macam. Namun demikian, kata Tito, bom yang digunakan di semua titik kejadian bentuknya hampir sama, yaitu menggunakan bom pipa.

"Tapi ada yang ditumpuk, ada yang ditambah jumlahnya, ada lagi yang ditambahkan bensin, seperti dalam kasus di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jalan Arjuno," ujar Tito di Mapolda Jatim, Surabaya, Senin (14/5).

Tito juga mengungkapkan, yang penemuan sementara dari Puslabfor, material bahan peledaknya adalah TATP (triacetone triperoxide). Bahan peledak tersebut menurutnya yang sangat dikenal di kelompok ISIS, terutama di Irak dan Suriah. Material ini terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh.

"Tapi diramu sedemikian rupa dengan bahan lain dan kemudia bubuknya bisa menjadi TATP yang high explosive," kata Tito.

Berikut video Presiden Jokowi kecam aksi teror bom di Surabaya:

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement