Kamis 10 May 2018 09:58 WIB

Jokowi: Jangan Termakan Isu SARA dan Politik Jelang Pemilu

Jokowi sebut jangan hanya urusan piliha lima tahun sekali, bangsa ini kemudian retak

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada peresmian peremajaan kelapa sawit di Rokan Hilir, Riau, Rabu (9/5).
Foto: Debbie Sutrisno/Republika
Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada peresmian peremajaan kelapa sawit di Rokan Hilir, Riau, Rabu (9/5).

REPUBLIKA.CO.ID, ROKAN HILIR -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengingatkan agar masyarakat bisa menjaga persatuan dan kesatuan yang selama menjadi landasan kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Persatuan tersebut diharap tidak retak dengan maraknya isu suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) menjelang pemilihan umum yang akan dilaksanakan 2018 dan 2019.

Jokowi berharap masyarakat tetap rukun meskipun akan ada pemilihan kepala daerah mulai dari bupati, wali kota, dan gubernur. Pemilihan umum pun kembali dilaksanakan tahun depan saat pemilihan legislatif dan Presiden.

"Jangan kita yang sudah rukun, bersaudara, baik seperti ini kemudian gara-gara urusan pilihan yang lima tahun sekali (retak), rugi besar bangsa ini kalau kita retak, kalau kita pecah hanya gara-gara pilkada dan Pilpres. Ndak mau saya, terlalu besar ongkosnya," ujar Jokowi Rabu (9/5).

Dia menjelaskan, Indonesia merupakan negara yang besar dengan jumlah penduduk mencapai 263 juta yang hidup di 17 ribu pulau. Bahasa, budaya,suku, ras, agama, adat, dan tradisi yang berbeda-beda harus dijadikan sebuah anugerah bagi rakyat Indonesia yang harus disyukuri.

Perbedaan ini pun harus bisa dijadikan kekuatan dalam menggalan persatuan dan kesatuan. Syekh Imam Besar Al Azhar dan Imam Besar Masjidil Haram yang datang ke Indonesia beberapa waktu lalu telah menyampaikan bahwa negara Indonesia adalah salah satu negara yang mampu menjaga kerukunan.

Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Wathaniyah yang ada harus terus dijaga, dirawat, dan dipelihara agar persatuan di negara ini tetap terjaga. Dengan kepercayaan dari negara lain terhadap Indonesia, Jokowi berhatap agar rakyat tidak termakan dengan isu-isu politik karena kadang-kadang politik itu jahat.

Isu negatif selalu disebarkan para pelaku perpolitikan kepada rakyat. Di sini lah peran rakyat untuk menyaring isu yang disampaikan, jangan langsung 'dimakan' karena isu ini bisa membuat antar tetangga, antar saudara, bahkan antar kampung tidak saling menyapa.

"Pemerintah lain saja menjadikan Indonesia sebagai contoh. Kok kita masih usreg, itu bahasa Indonesia, ya ruwet sendiri. Orang luar melihat kita bagus tapi kita di dalam masih seperti ini," ujar Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement