REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebelum terlibat bentrokan dengan petugas kepolisian, massa pendemo terlebih dulu terlibat bentrokan dengan warga di depan Kampus UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Selasa (1/5) sore. Bentrokan dipicu karena pendemo menuliskan hinaan-hinaan ke Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Refan, salah satu warga sekitar yang ada di lokasi menuturkan, sebenarnya warga menegur pendemo agar menyelesaikan aksi mereka karena sudah cukup lama dan mendekati waktu Mahgrib. Ternyata, pendemo tidak mau menuruti permintaan warga.
Bentrokan tidak terelakkan dan warga mulai mendapat pelemparan batu. Ia menuturkan, terlihat pula pendemo telah mempersiapkan sejumlah molotov yang dibawa, dan belakangan diarahkan ke Pos Polisi di pertigaan seberang UIN.
Amarah warga tidak tertahankan lagi saat sejumlah pendemo melakukan coretan-coretan bernada hinaan kepada Sri Sultan. Coretan itu masih terlihat di sejumlah titik seperti pagar dinding UIN dan dinding belakang Pos Polisi.
"Warga sebenarnya tidak emosi kalau tidak ada tulisan, di balik itu (Pos) kan ada tulisan 'Bunuh Sultan', nah itu warga yang tidak suka itu, makanya warga emosi akhirnya," kata Refan kepada Republika.co.id, Selasa (1/5) malam.
Ia mengatakan, sebenarnya warga tidak masalah jika ada demo, asal tertib dan tidak membuat macet. Tapi, lanjut Refan, ini sudah kebangetan karena sepertinya sudah dilakukan persiapan untuk rusuh, dan arah demonya semakin tidak jelas. Lebih lanjut, warga sekitar lain yang ada di lokasi menuturkan, sebenarnya warga tidak masalah dengan aspirasi menuntut Presiden Jokowi turun atau penolakan terhadap pembangunan Bandar Udara Internasional NYIA di Kulonprogo.
"Kita sebagai orang Jogja jelas tidak terima Sultan kita dibegitukan, kalau dia orang Jogja tidak mungkin begitu," ujar Refan.
Senada, warga sekitar lain yang ada di lokasi, Iyos menuturkan, aspirasi yang dibawa sudah melenceng tidak jelas. Ia menekankan, warga lain berdatangan kembali ketika tahu ada hinaan-hinaan seperti itu dituliskan.
"Tidak tentu arahnya, melenceng, apalagi ada itu, pas lihat itu langsung ke luar semua," kata Iyos.
Terlebih, lanjut Iyos, api yang ada di Pos Polisi sebenarnya sudah dipadamkan, tapi kembali dilempari molotov sampai terbakar. Sambil membubarkan, warga mengejar pelaku pencoretan yang melarikan diri tidak tentu arah.
Bahkan, warga sempat mengejar sampai ke kampus demi mencari orang-orang yang melempari batu dan melakukan hinaan tersebut. Setelah Polisi datang, pendemo terlibat lagi bentrokan sampai melarikan diri ke dalam kampus.