REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai kemungkinan PKS membangun poros baru pada pemilihan presiden 2019 bisa terjadi. Namun, hal itu sulit terwujud karena harus mengajak paling tidak dua partai lainnya.
"Kalau mungkin sih mungkin. Tapi pasti bersama dengan Demokrat karena enggak mungkin PKS bikin poros sendiri. Bergabung dengan PAN saja tidak cukup. Kalau tidak dengan Gerindra, pasti dengan Demokrat," kata Djayadi kepada Republika.co,id, Ahad (15/4).
Saat ini, sejumlah partai masih belum sepenuhnya menentukan arah dukungan mereka. Di antaranya adalah Demokrat, PAN, dan PKS. Ketiga partai tersebut sering kali disebut akan membangun poros ketiga.
Terkait hal tersebut, Djayadi menilai, poros ketiga bisa terjadi, tetapi sulit terwujud. Meskipun hingga saat ini PKS mengatakan belum sepenuhnya mendukung Gerindra, Djayadi memperkirakan, akhirnya kedua partai tersebut tetap akan berkoalisi.
"Melihat track record selama ini PKS lebih banyak bersama Gerindra, dan pernyataan dari PKS selama ini, tampaknya paling rasional PKS ke Gerindra. Apalagi kalau peluang PKS menjadi cawapres kan ada kalau Gerindra jadi motornya yaitu Prabowo, meskipun tidak mesti karena pertimbangan dari Prabowo pasti soal elektabilitas dari cawapres itu menjadi sangat penting," ujar Djayadi.
Sementara itu, kata Djayadi, apabila nantinya PKS bergabung ke Gerindra, partai yang belum memiliki arah dukungan akan sulit membuat poros baru. Maka akhirnya, partai-partai tersebut akan memilih antara mendukung koalisi Gerindra atau PDIP.
"Demokrat kecenderungannya lebih ke Jokowi, tetapi kemungkinan membentuk poros baru juga ada, cuma memang Demokrat juga kalau mau bentuk poros baru harus mengajak minimal dua partai lagi," kata Djayadi menambahkan.