Ahad 15 Apr 2018 05:24 WIB

Soal Matematika Terlalu Sulit, FSGI Pertanyakan Tujuan UN

Jika tujuannya untuk pemetaan, maka tingkat kesulitan soal lalu dipertanyakan.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Endro Yuwanto
Pelaksanaan UNBK secara menumpang di SMAN 2 Kota Tasikmalaya, Senin (2/5).
Foto: Republika/Rizky Suryarandika
Pelaksanaan UNBK secara menumpang di SMAN 2 Kota Tasikmalaya, Senin (2/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Soal ujian nasional berbasis komputer (UNBK) mata pelajaran matematika tahun ini dinilai sebagian besar siswa sangat sulit. Hal ini membuat Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mempertanyakan kembali tujuan dan fungsi ujian nasional (UN) sesungguhnya.

“FSGI menilai kemendikbud sebenarnya galau terkait keberadaan UN ini. FSGI mempertanyakan kembali tujuan dan fungsi UN sesungguhnya,” ujar Wakil Sekjen FSGI Satriwan Salim dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (15/4).

Tujuan dan fungsi UN itu, kata Satriawan, juga dipertanyakan oleh publik saat ini. Sebab, lanjut dia, keberadaan UN dinilai sangat paradoks. “UN diwajibkan tapi tidak lagi dijadikan penentu kelulusan. Kemudian biaya pelaksanaannya mahal dan penggunaan hasilnya tidak berkelanjutan pula karena masuk ke universitas juga tidak pakai nilai UN,” jelas dia.

Jika tujuannya adalah untuk pemetaan, lanjut Satriawan, tingkat kesulitan soal lalu dipertanyakan. Sementara, bila memang UN digunakan oleh pemerintah sebagai alat pemetaan kualitas sekolah, sampai saat ini tidak ada tindak lanjut dari pemerintah. “Bahkan kami duga pemerintah juga tidak pernah mempublikasikan hasil pemetaan tersebut. Itupun jika ada,” kata dia.

Satriawan melanjutkan, bila setelah dievaluasi terdapat sekolah yang hasil UN-nya buruk, tindakan nyata tertentu untuk memperbaiki kualitas sekolah tersebut juga sampai saat ini dipertanyakan. Hasil UN untuk memotret kualitas sekolah juga dinilai tak tepat karena pemerintah telah melakukan akreditasi sekolah. “Pemerintah sudah melakukan akreditasi sekolah yang mengacu pada delapan standar nasional pendidikan dan hasil akreditasi sekolah ini lebih komprehensif untuk memotret kualitas sebuah sekolah,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, Satriawan menilai pemerintah masih sangat bingung dalam menentukan tujuan UN itu sendiri. “FSGI menilai kemendikbud sebenarnya galau terkait keberadaan UN ini. FSGI mempertanyakan kembali tujuan dan fungsi UN sesungguhnya,” katanya.

Satriawan menekankan, keberadaan UN sudah sangat menghabiskan banyak anggaran dan juga energi banyak pihak. Ia menyarankan pemerintah agar dapat melihat kembali tujuan UN, sebab jangan sampai anggaran besar dihabiskan untuk melaksanakan suatu program besar yang tidak memiliki fungsi dan kegunaan yang jelas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement