Senin 09 Apr 2018 05:03 WIB

Lakon Hollywood, Bollywood, Telenovela: Perang Citra Pilpres

Politik seharusnya panggung hiburan rakyat, bukan malah berisi kemaran atau ancaman.

Ronald Reagen.
Foto: The News York Rivew of Book
Ronald Reagen.

Oleh: Muhammad Subarkah*

Pada dekade 80-an, Ronald Reagen perasaannya campur aduk antara gembira dan cemas. Dia merasa ‘ngeri-ngeri sedap’ terpilih sebagai presiden Amerika Serikat. Di benaknya posisi itu persis lagunya KLA Project: terwujud keinginan yang pernah terwujud.  Ini mengingat Reagen dulunya hanya artis film belaka. Menjadi presiden posisi yang jauh dari angan-angan.

Tapi beberapa waktu kemudian di masa pemerintahan Reagen, dia ternyata mampu mengantar Amerika pada masa puncak kedigdayaan. Ekonomi negara itu gilang gemilang. Tentara Amerika ada di sekujur pelosok dunia sehingga negara ini dijuluki polisi dunia. Tak hanya itu ‘Reagan’lah salah satu aktor dari ambruknya negara dan idelologi komunis Uni Sovyet. Jasa yang paling nyata –dilakukan bersama Margaret Thatcher—adalah kemudian terjadinya robohnya tembol Berlin hingga Rusia tercabik dalam banyak negara.

‘’Pengalaman menjadi aktor film Hollywood sangat berguna ketika menjadi politisi, bahkan presiden. Keduanya ternyata sama saja,’’ seluruh Reagen.

Kala itu nama Amerika memang berkibar-kibar. Ada juga nama Silverster Stalone dengan film Rambo yang menjadi hero dunia. Tak peduli peran dia ‘tengil’ karena menilep kenyataan tentara Amerika kalah perang di Vietnam, tapi Amerika dicitrakan sosok jagoan tanpa tanding. Maka Reagen tak ubahnya Rambo, sehingga jangan heran banyak orang memakai namanya sebagai nama para bayi yang kala itu lahir. Salah satu contohnya adalah nama mega bintang sepakbola Christiano Ronaldo. Bapaknya mengatakan penggalan kedua nama itu adalah terinspirasi nama besar Roland Reagen.

photo
Film Rambo. (Foto:google.com)

                                               

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement