REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menanggapi kabar terkait isu tsunami besar di Pulau Jawa bagian barat adalah kabar bohong atau hoaks. Hanya saja, Wapres mengakui, bahwa potensi tsunami di Pulau Jawa memang ada, mengingat Indonesia memiliki pengalaman bencana alam gempa dan tsunami seperti di Aceh (2004) dan Pangandaran, Jawa Barat (2006).
"Saya kira itu hoaks. Ya memang sejak dulu selalu bahwa sepanjang Sumatera bagian barat itu sampai ke Jawa, ada potensi tsunami. Bahwa kapan, ya kita tidak ada yang tahu," kata Wapres usai menghadiri penyerahan bantuan di Markas Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat Jakarta, Jumat (6/4).
Sebelumnya, Kepala Seksi Program dan Jasa Teknologi Balai Teknologi Infrastruktur dan Dinamika Pantai BPPT Widjo Kongko mengatakan, terdapat potensi tsunami besar di wilayah Jawa Barat dan Banten. Widjo menyampaikan kajiannya dalam kegiatan Seminar Ilmiah yang diselenggarakan Badan Meterorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). "Potensi tersebut, terjadi karena sumber gempa besar yang berpotensi terjadi di wilayah selatan Pulau Jawa," ujarnya.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Prijanto mengatakan, penjelasam Widjo tersebut merupakan pemodelan ilmiah terkait potensi bencana alam di Indonesia. Pemodelan tersebut merupakan hasil kajian akademis awal dari simulasi komputer gempa dan tsunami di Enggano, Selat Sunda dan Jawa Barat bagian selatan.
Sejumlah warga melihat daftar nama korban bencana tsunami pada tugu bencana gelombang tsunami setelah peresmian di Desa Gampong Pasir Lhok Aron, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh (Ilusrasi)
Dalam pemodelan tersebut, skenario terburuk yang mungkin terjadi apabila gempa bumi secara bersamaan di tiga titik tersebut dengan skala tertinggi 9 Skala Richter, maka dapat menimbulkan tsunami hebat.
"Tapi perlu ditekankan bahwa ini adalah pemodelan yang ditujukan guna mencari solusi langkah mitigasi andai bencana terjadi," kata Unggul.
Oleh karena itu, masyarakat diminta tidak terlalu khawatir dengan pemberitaan terkait isu potensi tsunami besar tersebut. BPPT pun meminta maaf karena pemodelan kajian tersebut ditafsirkan berbeda oleh masyarakat sipil.
"Masyarakat tidak perlu khawatir dengan pemberitaan ini. Permohonan maaf BPPT kepada masyarakat Indonesia yang terdampak sekiranya hasil studi awal Potensi Tsunami di Jawa bagian Barat yang seharusnya hanya untuk konsumsi akademis ini, telah membuat keresahan masyarakat," demikian pernyataan tertulis BPPT yang diterima di Jakarta, Jumat (6/4)