REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (KESDM) ikut menyoroti isu tsunami setinggi 57 meter di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Badan Geologi memandang isu tersebut hanya sebatas perhitungan ilmiah.
Kepala Badan Geologi KESDM Rudy Suhendar menjelaskan potensi tsunami memang ada dari mulai pantai Aceh, pantai Sumatera Barat dan Jawa bagian Selatan. Sumber potensi tsunami berasal dari adanya seduksi atau pertemuan lempeng.
"Beberapa teman ilmuan banyak perhitungan macam-macam, hitung yang Pandeglang sampai 57 meter (tsunami) itu baru hitungan bukan ramalan, bukan prediksi," katanya dalam kunjungan ke Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (5/4).
Ia menerangkan potensi tsunami baru berpeluang besar terjadi ketika ada pergerakan air secara masif di dasar laut. Misalnya pada bencana tsunami Aceh diperkirakan pergerakan dasar laut mencapai luas 500 meter. Selain itu, peneliti mengambil sampel dari tsunami yang pernah terjadi bertahun-tahun sebelumnya.
"Persoalannya, sampai sekarang gempa bumi belum bisa ada yang ramalkan, hanya hitung-hitungan volume air naik berapa. Mohon masyarakat tenang, hitung-hitungan ini baru teoritis bukan ramalan, prakiraan, prediksi juga bukan," ujarnya.
Walau begitu, ia meminta Pemda setempat untuk menyiapkan mitigasi guna mengantisipasi bencana. Sehingga meski bencana tsunami tak bisa diprediksi, Pemda sudah mempunyai rencana mitigasi.
"Mitigasi pemerintah kami bantu memetakan daerah rawan tsunami dan infokan ke Pemda. Nanti data kami masuk ke dalam tata ruang supaya Pemda perhatikan kawasan rawan tsunami," ucapnya.