REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA--Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berkunjung ke Kabupaten Tasikmalaya pada akhir pekan lalu. Dalam kesempatan tersebut, dia berziarah ke makam salah satu Pahlawan Pergerakan Nasional, Kiai Haji Zainal Mustafa di kabupaten itu. Makam salah satu pejuang Islam pertama di Jawa Barat itu terletak di Desa Sukamanah, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.
Berdasarkan informasi, Kiai Zainal Mustafa sangat getol menyuarakan perlawanan terhadap penjajah baik Belanda maupun Jepang. Dia tidak segan menyulut semangat perlawanan umat melalui khotbah sebelum shalat Jumat. Atas hal ini, dirinya kerap menerima intimidasi dari penjajah maupun pribumi yang pro penjajah. Saat periode penjajahan Jepang, bersama Kiai Ruhiat dari Pesantren Cipasung, Kiai Zainal Mustafa menolak melakukan Seikerei. Istilah terakhir ini memiliki arti sikap hormat kepada Dewa Matahari dengan cara membungkukan badan ke arah matahari terbit.
Tak ayal penolakan ini membuat murka penjajah Jepang kepadanya. Dia dipanggil oleh pihak penjajah namun menolak dengan tegas. Keributan akhirnya pecah antara para santri Pesantren Sukamanah dengan tentara Jepang pada 25 Februari 1944. Kiai yang memiliki nama kecil Hudaeni itu akhirnya tewas diterjang peluru algojo Jepang pada 25 Oktober 1944. Dia dihukum mati di penjara Ancol, Jakarta. Sebelum dijatuhi hukuman mati, kiai kharismatik itu dipenjarakan bersama 23 orang santrinya di penjara tersebut. Ratusan santrinya yang lain ditahan di penjara Kabupaten Tasikmalaya.
Keberadaan makam Kiai Zainal Mustafa baru diketahui pada 25 Agustus 1973 di kompleks makam tentara Belanda di sekitar penjara Ancol. Salah seorang santrinya, Kolonel Syarif Hidayat memindahkan makam Kiai Zainal Mustafa bersama 23 santrinya ke Sukamanah, lokasi Dedi Mulyadi berziarah.
Menurut Dedi Mulyadi, heroisme yang dikobarkan oleh Kiai Zainal Mustafa tidak boleh hilang ditelan zaman. Usai berziarah, dia mengatakan harus dibangun Museum Digital untuk mengenang perjuangan sang kiai membela tanah air. “Namanya Diorama Kiai Haji Zainal Mustafa. Fungsinya, bisa untuk wisata religi kemudian juga warga masyarakat bisa mempelajari setiap fase perjuangan yang sudah beliau lakukan. Beliau berjuang untuk orang Tasikmalaya, untuk orang Jawa Barat, juga untuk Indonesia,” katanya dalam rilis.
Sebagai kader Nahdlatul Ulama, Dedi Mulyadi tidak berziarah sendirian. Dia didampingi oleh Ketua Pengurus Cabang Nadlatul Ulama Kabupaten Tasikmalaya, Kiai Atam Rusytam. Selain itu, Pimpinan Pondok Pesantren Sukamanah Kiai Acep Tohir juga turut serta. Untuk diketahui, Pesantren Sukamanah sempat ditutup oleh Jepang akibat perlawanan Kiai Zainal Mustafa. Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa spirit yang sudah diterapkan oleh Kiai Zainal Mustafa wajib diteladani. Spirit tersebut selain merupakan nilai tauhid juga menjadi nilai teladan kebangsaan. "Kiai Zainal Mustafa telah mengajarkan kita agar tetap menegakan kepala di hadapan bangsa lain. Ini teladan bagi generasi saat ini,” kata Dedi di hadapan dua kiai khos Tasikmalaya itu.
Gagasan tersebut mengundang komentar dari Ketua PCNU Kabupaten Tasikmalaya, Kiai Atam Rusytam. Dia mengatakan karakter kiai kampung masa lalu dan masa kini memang selalu menjunjung tinggi nilai kebangsaan. “Benar kata Kang Dedi. Ada nilai kebangsaan yang disyi’arkan oleh kiai masa lalu bahkan sampai hari ini. Jadi memang harus diteladani,” pungkasnya.