REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO -- Warga Kampung Rinca di Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), setiap hari menghadapi ancaman yang mengerikan. Dermaga sepanjang 136 meter di kampung tersebut kondisinya rusak parah.
“Sudah sering orang jatuh ke laut. Bahkan, ada ibu-ibu jatuh ke laut terus terkena bulu babi. Aduh, mengerikan sekali, Pak!” ungkap Sekretaris Desa Pasir Panjang, Ibrahim Amso, Kamis (29/3).
Ibrahim mengatakan, dermaga sudah lama rusak. Menurut dia, kerusakan parah sudah terjadi sejak awal 2017 lalu. Namun, warga lain menyatakan dermaga sudah rusak dalam dua tahun terakhir.
Menurut Ibrahim, dermaga dibangun pada 2009. Namun, Mustamin, warga Kampung Rinca lainnya, menyatakan dermaga sudah berdiri sejak 2007. Mustamin menginformasikan jembatan dibangun oleh Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Manggarai Barat.
“Dermaga ini kan dipakai setiap hari. Aktivitas warga juga selalu menggunakan dermaga ini, apalagi kami yang tinggal di Pulau Rinca ini kan nelayan. Kami mohon, pemerintah segera bantu kami untuk memperbaiki dermaga yang sudah rusak parah ini. Tolonglah,” kata Mustamin.
Kampung Rinca merupakan bagian dari Taman Nasional Pulau Komodo. Berdasarkan data Pemda Kabupaten Manggarai Barat, Taman Nasional Komodo yang berluas 173.300 ha meliputi wilayah daratan dan lautan dengan lima pulau utama. Pulau utama tersebut meliputi Pulau Komodo, Pulau Padar, Pulau Rinca, Gili Motang, dan Nusa Kode. Masih ada juga pulau-pulau kecil lainnya yang menghiasi Taman Nasional Pulau Komodo tersebut.
Mustamin dan Ibraham sama-sama menyatakan sudah ada menteri yang datang ke Kampung Rinca, termasuk Menteri BUMN Rini M Soemarno. Warga juga sudah menyampaikan keluhan dan permintaan mereka. Khususnya, minta pemerintah segera memperbaiki dermaga yang rusak parah tersebut. Namun, hingga kini belum juga ada realisasi.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, kondisi dermaga sudah sangat rusak, bahkan tak layak pakai lagi. Dari 10 papan yang digunakan sebagai ruang untuk pejalan kaki, mayoritas sudah keropos, hancur, reot, dan nyaris ambruk. Banyak sudut dermaga yang menyisakan dua lembar papan.
Padahal, dermaga tersebut menjadi kebutuhan utama warga Kampung Rinca. Tidak ada penghubung lain di tempat tersebut, selain dermaga.
Orang dewasa saja kerap menjadi korban dermaga yang rusak, apalagi anak-anak kecil yang memang suka bermain dan melintasi dermaga tersebut. Warga yang terbiasa melintasi dermaga saja merasa takut, apalagi para pendatang.
“Tempat kami ini kan dijadikan tujuan wisata. Banyak wisatawan ke sini. Saya saja membuat kerajinan patung komodo ini,” jelas Haji Ishaka, warga Kampung Rinca. “Tapi, kalau dermaga masih rusak seperti ini, wisatawan pasti takut juga masuk ke kampung ini," ujarnya.
Warga berharap dermaga tak memakan korban lagi. Untuk menghindarinya, satu-satunya jalan dermaga harus diperbaiki. Warga mengaku tak bisa membangun dermaga karena membutuhkan dana yang besar. Apalagi, mereka hidup di wilayah terproteksi, tak boleh sembarangan membangun, semua harus mendapatkan izin dari pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Banyak larangan bagi warga yang tinggal di kawasan lindung Taman Nasional Komodo.