REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta Ubaidillah Badrun menyampaikan, posisi cawapres Prabowo akan menjadi perhatian publik. Maka, akan ada semacam efek kejut karena hingga saat ini belum jelas siapa yang akan dipilih Prabowo untuk mendampinginya.
Ia menilai faktor integritas, faktor pengalaman, faktor kapasitas, faktor basis sosial, dan faktor kecocokan tampaknya akan menjadi pertimbangan utama Prabowo memilih cawapresnya. Dengan lima pertimbangan tersebut dan karena Prabowo representasi nasionalis dan militer, kemungkinan besar Prabowo akan memilih cawapres nonmiliter.
"Prabowo akan memilih cawapres dari nonmiliter, tokoh berpengalaman, profesional, cukup muda dan berbasis masa Islam," ujar Ubaidillah, Rabu (28/3).
Dengan kriteria tersebut, tampaknya Prabowo akan memilih tokoh yang mendekati kriteria tepat untuk berpasangan dengannya. Pertama, Ahmad Heryawan yang merupakan tokoh yang sukses menjadi Gubernur Jawa Barat dua periode.
Prestasinya tidak diragukan karena mampu memimpin Jawa Barat dengan segudang prestasi. Hingga 2017, terdapat 250 Prestasi provinsi Jawa Barat.
"Banyak penghargaan utama diperoleh Provinsi Jawa Barat seperti pemerintah provinsi berkinerja terbaik secara nasional dua tahun berturut-turut (2016-2017) pada puncak peringatan Hari Otonomi Daerah ke-XXI tahun 2017 pada 25 April 2017," katanya menambahkan.
Kandidat kedua adalah Anies Baswedan. Dia adalah tokoh muda mantan mendikbud dan saat ini menjabat Gubernur DKI Jakarta. Ia juga memiliki segudang prestasi. Di antara prestasi Anies Baswedan yang paling menonjol saat menjadi mendikbud adalah langkahnya menghapus UN sebagai satu-satunya syarat kelulusan bagi siswa kelas 9 dan kelas 12.
"Menggantikan peraturan bahwa syarat kelulusan para siswa kelas 9 dan 12 adalah 60 persen nilai mata pelajaran siswa dari semester 4-semester 6 ditambah dengan 40 persen nilai UN siswa (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015)," katanya menjelaskan.
Kemudian, Anies juga tokoh dengan segudang prestasi lainnya. Di antaranya, pada tahun 2013, Anies Baswedan mendapatkan Anugerah Integritas Nasional dari Komunitas Pengusaha Antisuap (Kupas) serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Beberapa tahun sebelumnya, pada tahun 2008, majalah Foreign Policy memasukkan Anies Baswedan dalam 100 Intelektual Publik Dunia. Anies merupakan satu-satunya orang Indonesia yang masuk pada daftar hasil rilis majalah tersebut.
"Dalam daftar itu, nama Anies sejajar dengan tokoh dunia seperti Noam Chomsky (tokoh perdamaian), para penerima nobel, seperti Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya Sen. Dengan segudang prestasi, Anies layak menjadi cawapres Prabowo Subianto," ungkap Ubaidillah.
Tokoh ketiga yang jarang disebut-sebut tetapi masuk radar Prabowo adalah Syafii Antonio alias Nio Cwan Chung. Tokoh Muslim beretnis Tionghoa ini adalah pemikir Muslim dunia di bidang ekonomi.
Prestasinya juga segudang. Alumni program doktor Micro Finance dari Melbourne University tahun 2004 ini juga mendapat sejumlah penghargaan penting. Di antaranya adalah Anticorruption & Good Governance Award dari Kementrian Aparatur Negara pada 2007.
Arab Asia Finance Recognition Award dari Arab Asia Finance Forum pada 2008. Australian Alumni Award dari Pemerintah Australia pada 2009. Saat ini Syafii Antonio menduduki posisi sebagai Komite Perbankan Syariah pada Bank Indonesia, Shariah Advisory Council Bank Sentral Malaysia, serta Global Shariah Board al- Mawarid Dubai.
"Syafii Antonio juga duduk sebagai Advisor/Dewan Pengawas di Bank Syariah Mandiri dan sejumlah bank konvensional besar lainya. Kapasitasnya yang ahli di bidang ekonomi sangat dibutuhkan Prabowo dalam menjawab dan mengatasi problem ekonomi Indonesia di masa depan," paparnya.
Ubaidillah menyimpulkan, ketiga tokoh tersebut secara kapasitas layak mendampingi Prabowo untuk menghadapi kontestasi politik nasional 2019 mendatang dan ketiganya secara sosiologis politik memiliki potensi daya ungkit mendongkrak elektabilitas.
"Jika potensi daya ungkit tersebut mampu di mana dengan baik maka pasangan Prabowo berpotensi besar mengalahkan Jokowi pada Pemilu 2019 mendatang," kata analis sosial politik UNJ tersebut.