Kamis 22 Mar 2018 20:37 WIB

Murahnya Harga Rokok Penyebab Anak-Anak Menjadi Perokok

Uang saku anak-anak yang besar membuat mereka leluasa membeli rokok.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Karta Raharja Ucu
Rokok (ilustrasi)
Foto: ABC News
Rokok (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Murahnya harga jual rokok disebut menjadi salah satu faktor mengapa jumlah anak-anak yang menjadi perokok aktif terus meningkat. Besarnya uang saku anak sekolah membuat mereka leluasa membeli rokok.

Media Officer Yayasan Lentera Anak, Iyet Endro mengatakan berdasarkan survey pada Oktober 2017 yang dilakukan Lentera Anak pada 10 kota di Indonesia termasuk di Banjarmasin, Tangerang Selatan, Bekasi, dan Semarang, harga rokok dijual mulai Rp 600 sampai dengan Rp 1.000. “Hal ini sangat menggelisahkan. Sebab, dari riset kami juga, uang saku anak-anak SD itu lebih besar sangat jauh sehingga anak dengan mudah menjangkau rokok,” kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (22/3).

Ia menjelaskan, uang saku anak-anak SD rata-rata adalah Rp 10 ribu. Sementara untuk anak-anak SMP adalah sebanyak Rp 13 ribu. "Untuk anak-anak SMA, uang sakunya rata-rata adalah Rp 29 ribu. Sehingga sangat timpang. Sementara harga rokok itu dijual per batang hanya Rp 1.000 saja, sangat mudah dijangkau," kata dia.

Selain itu, prevalensi perokok muda semakin lama semakin tinggi. “Tujuh puluh lima koma tujuh persen perokok mulai merokok sebelum usia 19 tahun, jumlahnya mencapai 16,4 juta dan yang paling tinggi adalah kelompok usia 15-19 tahun. Namun kecenderungan ini mulai bergeser ke usia yang lebih muda, yaitu kelompok usia 10-14 tahun, dalam kurun waktu 10 tahun ini, trennya meningkat dua kali lipat,” kata dia.

Penyebabnya, kata dia, karena maraknya iklan-iklan rokok yang beredar di warung-warung atau toko-toko yang berada di sekitaran sekolah. "Survey kami menyebut 85 persen sekolah di satu kota telah terpapar iklan rokok," tuturnya.

Karena itu Lentara Anak mendesak Pemerintah segera menaikkan harga rokok setinggi-tingginya agar rokok tak dapat dijangkau oleh anak-anak. “Kami juga terus mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pelarangan iklan rokok di dekat sekolah-sekolah sesuai dengan PP 109 tahun 2012 untuk mencapai kota layak anak,” tuturnya. Yayasan Lentera Anak juga mengapresiasi Warrior FCTC di Banda Aceh yang terus melakukan sosialisasi untuk mengedukasi bahaya rokok kepada anak-anak di Banda Aceh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement