Rabu 21 Mar 2018 20:40 WIB

KNKT Investigasi Jatuhnya Pesawat Latih di Cilacap

Tim menemui banyak hambatan karena tidak ditemukannya peralatan penting dalam pesawat

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Esthi Maharani
Hanggar pesawat dan sejumlah pesawat rusak akibat akibat tertimpa pesawat latih yang jatuh di Bandara Tunggul Wulung Cilacap, Jateng ,Selasa (20/3).
Foto: Antara/Idhad Zakaria
Hanggar pesawat dan sejumlah pesawat rusak akibat akibat tertimpa pesawat latih yang jatuh di Bandara Tunggul Wulung Cilacap, Jateng ,Selasa (20/3).

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Tim dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mulai melakukan investigasi terkait musibah jatuhnya pesawat latih sekolah penerbangan di Bandara Tunggul Wulung Kabupaten Cilacap, Rabu (21/3). Namun dalam penyelidikan yang tersebut, tim banyak menemui hambatan karena tidak ditemukannya sejumlah peralatan penting yang terdapat dalam pesawat.

''Ada beberapa komponen penting pesawat yang sampai sekarang belum ditemukan karena kondisi pesawat memang hancur. Antara lain seperti altimeter (alat pengukur ketinggian), spidometer (alat pengukur kecepatan), serta gas thortle (pengatur kecepatan),'' jelas investigator KNKT, Chaeruddin.

Sedangkan mengenai data percakapan pilot, dia menyebutkan, untuk pesawat latih memang jarang yang dilengkapi alat perekam percakapan pilot atau black box. Termasuk untuk pesawat jenis Super Decathlon dengan kode registrasi PK-RTZ, yang mengalami musibah.

Meski demikian, Chaeruddin mengungkapkan hal itu bukan berarti pihaknya tidak bisa menyimpulkan penyebab kecelakaan. Banyak sumber data lain yang menurutnya bisa digunakan untuk menelaah penyebab kecelakaan.

 

(Baca: Pesawat Latih Akrobatik Kecelakaan, Penerbang TNI AU Tewas)

Namun mengenai penyebab kecelakaan dalam musibah di Cilacap ini, dia menyatakan tidak bisa mengumumkan sekarang. ''Masih panjang proses untuk mengambil kesimpulan penyebab kecelakaan. Data yang kami peroleh dari hasil penyelidikan ini, harus dievaluasi dulu dengan para pakar,'' jelasnya.

Bahkan sesuai regulasi yang ada, dia menyebutkan, KNKT memiliki waktu palng lama 12 bulan untuk membuat kesimpulan mengenai penyebab kecelakaan pesawat. Hal ini karena banyak hal yang harus dievaluasi untuk mengambil kesimpulan mengenai penyebab kecelakaan pesawat.

Yang jelas, kata Charuddin, berdasarkan rekam data proses pemeliharaan pesawat, pesawat milik sekolah penerbangan Ganesha Cilacap tersebut dalam kondisi layak terbang.

Dari informasi yang dia peroleh, pesawat yang mengalami musibah tersebut merupakan pesawat produksi tahun 2005. ''Soal laik atau tidak laiknya pesawat, bukan ditentukan oleh usia. Namun oleh jam terbang. Karena itu, pegangannya adalah record data perawatan pesawat karena setiap periode jam terbang tertentu ada proses perawatan yang harus dilakukan,'' katanya.

Sebagaimana diketahui, pesawat latih yang dipiloti oleh Kolonel Pnb MJ Hanafie mengalami kecelakaan pada Selasa (20/3) sore. Pesawat tersebut jatuh disekitar hanggar pesawat hingga merusak 7 pesawat latih yang ada di sekitar lokasi tersebut.

Mengenai track record korban, Charuddin menyebutkan, pilot Kol Pnb MJ Hanafie merupakan pilot senior yang juga menerbangkan berbagai pesawat tempur TNI-AU. ''Almarhum merupakan pilot senior. Semasa hidupnya, pernah menerbangkan berbagai pesawat tempus mulai dari F-16 hingga Sukhoi,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement