Selasa 20 Mar 2018 19:19 WIB

Pengamat: Jokowi tak Pas Disandingkan dengan Susi atau Puan

Elektabilitas Jokowi akan bertambah jika cawapresnya adalah kapala daerah.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Andri Saubani
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sebelum memulai rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (24/2).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sebelum memulai rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (24/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak pas disandingkan dengan tokoh perempuan seperti Susi Pudjiastuti atau Puan Maharani. Kedua tokoh tersebut tidak akan pas kalau memiliki ceruk segmen pemilih yang sama.

"Bu Susi bisa dipertimbangkan juga. Tapi harus dipikirkan juga apakah ceruk segmennya sama dengan Jokowi atau tidak? Jangan sama. Harus ambil ceruk segmen pemilih yang beda. Kalo Jokowi sama Susi sama, ya tidak menaikkan elektabilitas Jokowi," ujar Pangi kepada Republika.co.id, Selasa (20/3).

Sementara itu, elektabilitas Jokowi akan terganggu apabila dipasangkan dengan Puan Maharani. Sebab, Puan tidak menjual secara ketokohan. Prestasinya sebagai menteri juga tidak terlalu menonjol.

"Tidak terlalu kelihatan capaian kerja beliau sebagai Menko PMK," katanya.

Tokoh-tokoh yang dinilai dapat menaikkan elektabilitas Jokowi adalah sosok kepala daerah yang juga ulama seperti TGB M. Zainul Majdi atau tokoh pemersatu bangsa seperti Sri Sultan Hamengkubawono X, dan Mahfud MD. Sementara tokoh- tokoh ulama seperti Din Syamsudin dan KH. Said Aqil dinilai kurang menjual untuk masyarakat secara umum. Kecuali ulama yang memiliki success story sebagai kepala daerah seperti TGB M. Zainul Majdi.

Adapun, untuk wilayah yang akan menjadi zona penting Jokowi yaitu Jawa Barat yang memiliki jumlah pemilih 32 juta orang. Sedangkan Jawa Tengah dan Jatim sudah relatif aman.

"Jateng dan Jatim kan basisnya, tapi Jabar harus di-maintenance secara khusus. Karena kan 32 juta pemilih. Kalau digabungkan semua sampai Jabodetabek penyumbang suaranya 60 persen dari pemilih nasional," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement